“Komisariat PSHT Unsoed, banyak
kenangan tercipta disana. Apa kenangan yang paling membekas di hati? Apakah pada saat
saya bisa meraih prestasi? Bukan! Pada saat saya menjadi ketua umum PSHT Unsoed?
Atau saat saya telah menjadi warga/pelatih?
Bukan juga. Meraih prestasi,
menjadi ketua umum ataupun menjadi warga adalah kenangan manis yang membekas.
Tapi menurut perasaan saya, kenangan paling membekas ada dua, yang pertama pada
saat saya berhasil mensahkan siswa menjadi warga baru. Dan yang kedua, terjadi pada
saat saya masih siswa, tepatnya pada saat sabuk prapolos, menjadi satu-satunya
kisah asmara saya di PSHT Unsoed, hehe.”
Disana,
PSHT Unsoed saya temukan seseorang. Seseorang yang membuat saya dapat melupakan
orang yang saya suka waktu SMA. Seseorang yang akhirnya pergi, dan tidak akan bisa saya miliki. Sebenarnya,
saya belum dapat izin untuk bercerita hal ini padanya. Jadi saya inisial saja
W. Kalau sudah mendapat izin, baru sebut nama panjangnya saja. Sebenernya sekarang (18 Agustus 2018) sudah tau deng orangnya.
Kisah
berawal saat semester 1, pada saat baru
2 bulan latihan di UKM PSHT. Pukul 19.30 tepat, saya menuju ke pendopo PKM
tempat biasa saya latihan silat. Di pendopo itu kami berdiri sambil menunggu
pelatih. Saya tengokan wajah saya agak
serong ke kanan, saya terfokus pada seorang wanita yang sedang terdiam di
tengah keramaian. Pandangannya fokus ke depan. Parasnya cantik dan imut,
membuat saya lama wajahnya. Saya bertanya dalam hati, siapa dia?
Saat
sesi perkenalan, ternyata dia bernama W, siswa baru dari Ilmu gizi. Saya
menyandang bahwa dia adalah siswa paling cantik waktu itu. Walaupun begitu,
saya lupa dengan namanya karena waktu itu saya memang kurang peduli mendengar.
Saya bertanya dalam hati, siapa dia, secepat itu pula saya luma dengan namanya.
Keesokan
hari, saya membuka facebook, saya melihat ada permintaan pertemanan, dari W.
Saya pernah mendengar nama ini, tapi saya kapan ya? Ketika saya buka dan lihat
foto profilnya, oh ternyata dia adalah siswa baru itu. Ternyata namanya W.
Hari
demi hari terlewat hingga hari menemukan kami pada latihan berikutnya.Ketika
selesai latihan kami memulai perbincangan untuk pertama kalinya. Waktu itu
pukul 23.00, sekertariat menjadi saksi saat kami sedang mengambil tas dan
berpapasan, lalu dia berkata:
“Hilman,
kamu dari fisika ya?”
“Iya.
Kenapa?”
“Gak
apa, oya hilman aku tadi SMS kamu pas sore”
“Oh
ya? HP gua di kosan jadi belum sempet cek deh”
Dari
cara tutur kata bicaranya, saya simpulkan bahwa ia merupakan sosok yang lemah
lembut, dengan senyum yang manis. Seseorang yang relatif pendiam jika dalam
keramaian.
Dia
bergegas pulang sendirian dengan jalan kaki. Sebenernya saya ingin mengantarnya
dengan motor saya, tapi saya sangat ragu untuk mengatakan hal tersebut. Saya
hanya bisa memandangnya dari teras sektretariat ketika dia berjalan kaki.
Tiba-tiba saudara saya, Pipit sambil
tersenyum jahat berkata pada saya,
“Hilman,
ngeliatin W mulu”
“Hah!
Enggak!”
“W!
Bareng sama Hilman!” Pipit memanggil W. Sialan
Akhirnya
W mau saya antarkan pulang. Dagdigdugdagdigdug
tetapi senang. Di tengah perjalanan, saya berinisiatif membuka perbincangan.
“W,
asalnya dari mana?”
“Dari
Pekalongan, sebenernya sih di Batang,sebelahan sama Pekalongan. Cuma orang-orang kurang tau batang itu daerah mana,makanya aku bilang di
Pekalongan,” W berbicara khas dengan logat Jawanya. Perbincangan sekitar 10 menit di atas motor
pun selesai di depan kosannya.
Besok
hari saya melihat layar facebook, saya lihat W sedang Online. Saya ingat bahwa ia pernah berkata bahwa ia pernah SMS
saya, tapi di Hp tidak ada pesan masuk. Penasaran dengan isi SMSnya, saya buka
percakapan dia? Perbincangan berjalan cepat, dia membalas kurang dari semenit.
Sementara saya juga demikian. Dari perbincangan tersebut menghasilkan nomor handphonenya
yang catat di HP, begitupun dia. LAMPU HIJAU DARI CEWEK CANTIK MEN!
Setelah
kejadian tersebut, kami sering berkomunikasi lewat SMS, Facebook, maupun pada
saat latihan. Seringkali dia memulai komunikasi lewat SMS atau Facebook dahulu.
Kami saling balas membalas cepat. Dan kamipun,
berangkat dan pulang latihan selalu bersama. Sebuah hal yang membuat saya
merasa dekat dengannya. Begitupun para pelatih maupun siswa-siswa.
Respon timbal balik dengannya begitu positif. Dia
sering menekan tombol like di status facebook saya, sayapun melakukan demikian.
Entah saya menjadi satu-satunya atau salah satunya. Tetapi, saya merasa dia
tertarik dengan saya, saya rasa diapun tahu bahwa saya merasa tertarik
dengannya. Sedikit demi sedikt, isi fikiran saya perlahan berubah dari
seseorang, ke seseorang lainna, walau
tak sepenuhnya.
Waktu
berjalan hingga kedekatan kami sampai puncak. Siang menuju waktu sore. Dinding
facebook menjadi saksinya,
“Lagi apa?” Saya inisiatif mengirim chat.
“Lagi
chat aja sama Hilman. Hilman lagi apa?”
(SKIP)
“W suka nonton film gak?”
“tergantug
filmnya dong”
“Lu
biasanya suka nonton apa?”
“Pokok’a
bukan horor sma robot”
“Film
sekarang yang seru apa aja?”
“kmrn
aku udh nntn 99 chy d eropa cuman br part 1. yg keren film soekarno,, trus
laskar pelangi2 (edensor) sm kt.a tenggelamnya kapal van der wijc tp g tw tuh
nakutin apa engga”
“film
animasi ada ga?” saya bertanya film animasi
“Hobbit
tuh, kayanya ada film animasinya”
“Nonton
yuk” Saya mengajak dia menonton, dan
berharap dia menerima ajakan saya.
“Boleh”
(SKIP)
Intinya
dengan basa-basi diawalnya, akhirnya kami menentukan jadwal kapan kami menonton
film di layar lebar. Film tersebut berjudul The Hobbit: The desolation Of
Smaug.
4
Januari 2014. Sore itu, kami berdua menuju bioskop rajawali. Hingga sampai di parkirannya.
“Hilman
motornya taruh di tempat yang ada atapnya aja, nanti ujan helmnya basah”, Tepat
di parkiran Bioskop
“Disini
aja”, Jawab saya singkat
Dalam
bioskop, sebelum film The hobbit
dimulai, kami saling menatap dan tersenyum dalam perbincangan ringan layaknya
manusia yang baru mengenal cinta. Terlihat dia lebih cantik dari biasanya, ya
dia sedang cantik-cantiknya. Hari ini, saya tidak lagi memandangnya diam-diam
seperti pertama kali saya melihatnya, karna kami saling memandang satu sama
lain. Saya tidak ingin menyudahi pembicaraan. Saya ingin menatap dia berbicara
dengan senyumnya lebih lama lagi, tetapi film segera dimulai.
Saya
tidak terlalu mengerti dengan film tersebut. Film tersebut juga berakhir
menggantung ceritanya. Ternyata film tersebut merupakan film ke 2 dari trilogi
filmnya.
Film
berakhir dengan naga terbang, tapi bukan ala
Indosiar. Kami keluar dari pintu bioskop untuk menyegerakan pulang.
Ternyata sore telah terlewat, dan waktu memasuki magrib. Terlihat
genangan-genangan air hujan. Ternyata hujan turun ketika kami di sedang
menikmati film. Sekarang hujan sudah reda, tetapi sisa hujan membekas di helm kami.
“Tuhkan
” Dia melihat helmnya yang terlanjur
basah. Terpaksa kami bergegas berkendara dengan helm, air dan rambut menjadi
satu. Kami bergegas menuju masjid Mafaza untuk melaksankan sholat magrib.
Setelah selesai sholat, saya menuju tempat perempuan. Disana, dia telah termenung menunggu saya.
Saya memandang dia begitu lama. Hati saya merasa tersentuh melihatnya.
“Ayuk” Saya panggil dia dengan senyum yang ditahan.
“Makan yuk”
“Boleh,
dimana?”
Malam
ini dingin dengan perut yang sudah keroncongan, akhirnya kami memutuskan ke tempat
makan favorit anak kos, burjo. Di lihat
dari raut wajahnya, sepertinya dia bukan orang yang biasa makan di burjo. Kami
berbincang tentang tempat makan favorit, dan memang ternyata selera lidah kita hampir sama, yang
membedakan kalau saya siap makan dimana
saja.
Waktu
berjalan begitu singkat, padahal banyak hal yang telah kami lewati. Waktu
memaksa kami untuk menuju ke teras kosannya Disana, sebelum saya pulang, kami
berbicara singkat.
“Hei...”
“Iya....”
“Iya....”
Saya
terdiam untuk sementara. Malam itu di depan teras kosnya, suasana begitu sepi. Saat itu, adalah
kesempatan terbesar, untuk mengikatnya menjadi milik saya. Menggenggamnya
hingga waktu yang entah sampai kapan. Namun, hati saya berkata, saya masih
berharap untuk mendapatkan seseorang yang saya sebut cinta pertama. Seseorang
yang pernah menyentuh dasar hati, dia adalah teman SMA saya. Lagipula dari awal niatnya bermain denganya hanya sebatas teman.
“Gajadi, Gue
balik dulu ya”
“Oh
iya, makasih ya, hati-hati, hilman.”
Tidak terjadi apapun malam itu. Saya telah menyukainya, tetapi saya belum yakin untuk mengatakan rasa ingin memiliki. Saya takut jika hati saya masih berharap dengan yang lainnya . Malam itu terlewat dengan sia-sia. Saya kembali ke kosan, lalu tertidur pulas.
Hari
demi hari berlalu, saya yang sedang santai dalam beranda Facebook.
“Apa
kabar man?” Tanpa angin dan badai, seseorang yang spesial mengirim SMS saya
lewat Facebook.
“Baik,
**** Apa kabar?”
Pesan
demi pesan saya balas dengan begitu antusias. Dia bukan W, dia adalah First Love. Harapan saya kepadanya untuk
memilikinya yang sudah luncur, tiba-tiba pulih dengan hitungan detik.Haha.
Akibat
dari kejadian itu, perlahan keseriusan kepada W mulai memudar.
Namun
sikap saya seperti mendapatkan akibat. Di malam latihan itu, saya merasa sikapnya tidak seperti biasanya. Dia mulai menjauh dari saya. Semua hal tersebut
memunculkan pertanyaan dari hati saya,”Mengapa sikapnya berubah?”
Liburan
semesterpun tiba, saya pulang ke rumah sekitar 1 setengah bulan. W yang dahulu ramah,sekarang terasa
berbeda. Di balik selimut, saya setia menunggu balasan darinya SMS darinya.
Resah begitu terasa menunggu balasan SMS yang sebelumnya semenit sekali menjadi
lebih dari sejam sekali. Tiap terdengar nada dering SMS masuk, secepat kilat
saya buka HP saya. Resah berubah menjadi rasa lega, saat dia membalas SMS saya.
Namun sangat menyebalkan ketika orang lain apalagi operator.
Di Facebook, saya habiskan waktu saya untuk
menunggu pemberitahuan “W Menyukai
Status Anda” sambil beruring seperti orang sakit.
Ingin
saya katakan,”Kenapa berubah? Saya menginginkannya yang ramah seperti
kemarin.Saya bertanya dalam hati,”Apakah dia teringat kembali pada cinta pertamanya? Atau karena ada orang lain? Atau karena saya
yang membosankan dan begitu dingin?”
Lebih
dari sebulan liburan di Jakarta, kehidupan saya dihabisi dengan menguring di
kasur karena ada satu pertanyaan yang takut saya tanyakan, ”Lu suka sama gua gak sih?”. Seringkali
teman saya mengajak saya bermain Playstation, tetapi 80% dari ajakan tersebut
saya tolak. Seseorang yang saya
fikirkan, yaitu ia.
First love
yang pernah datang bertanya kabar, kini hilang kembali entah kemana. Tetapi
saya hanpir tidak memikirkan tentang dia lagi. Hampir 100% fikiran saya beralih
memikirkan seseorang yang saya kenal lewat latihan pencak silat.
Liburan
berakhir, di Jakarta begitu merindukannya, tetapi mengapa setelah saya kembali
ke Purwokerto, untuk ketemu W menjadi ragu. Sepertinya saya tidak bisa seperti
dahulu, seperti pertama bertemu. Rasa risih untuk bertemu, sudah membayangi
kepala.
Jok
motor bagian belakang sudah tidak pernah terisi lagi olehnya ketika pergi
maupun pulang latihan. Kini, kami menjauh satu-sama lain. Namun aku berharap
dia mendekat. Apakah dia juga berharap sebaliknya?
Hari
berjalan hingga sampai dimana ia tidak pernah saya pandang lagi. Dia berhenti
dari latihan PSHT. Saya juga ingin
berhenti latihan saja. .
Waktu
berjalan hingga pada minggu fajar itu. Minggu pagi ini, ada latihan wajib pagi.
Badan begitu lemas dan kantuk masih menyelimuti mata. Bolos latihan lalu
melanjutkan tidur adalah jalan terbaik. Namun sebelum melanjutkan tidur, saya
buka laptop sekedar iseng-iseng membuka Facebook.
Dan
“Jeder!” Suara apa itu? Seperti suara
geledek, tapi geledeknya datangnya dari jantung saya sendiri. Hari itu
“nyelekit” sekali. Di beranda facebook itu muncul “W berpacaran dengan
seseorang”. Seolah percaya tidak percaya, seketika jantung memompa darah seolah
lebih cepat. Rasa kantuk menghilang dalam hitungan detik. Terdiam dan sepertinya sangat buruk untuk tetap berada di balik selimut. Lebih baik saya latihan pagi ini. Mengurangi beban pagi ini.
Sekaran jelas kenapa dia berubah. Semula dia yang hangat, selalu jadi orang yg pertama memulai chat, lalu beruba seketika menjadi oran yang digin. Jika
saya berkata,”W hanya sekedar teman biasa. Saya masih mencintai First Love,” Maka saya telah berbohong
karena kenyataanya saya telah berpindah hati. Dia, yang telah membuat saya bisa
melupakan yang seseorang yang spesial.
“W,
ingin saya bercerita banyak. Mengapa tidak saya tembak saja kamu ketika
malam itu di depan teras kosanmu, ketika dia sedang cantik-cantiknya. Mengapa begitu
bodohnya masih berharap cinta pertama kalau dia itu ada dimata hanya
sementara. Dia orang yang pertama kali saya ajak menonton. Sekarang hanya
tersisa dua tiket bioskop bekas kita
menonton film tersebut yang saya simpan sampai orang lain mendapatkanya.
Kupandang 2 tiket tersebut, terasa begitu menyakitkan. Dengan nafas panjang, saya sobek kedua tiket tersebut lalu kubuangnya ke dalam plastik sampah.
Mungkin
first love adalah orang yang paling dalam menyentuh hati. Namun dia dapat
menggantikannya, sebelum menjadi penyesalan tersebesar.”
Rasa sakit yang saya alami tidak membuat saya terjatuh, justru membuat saya terpecut berusaha menjadi lebih baik lagi. Terutama di UKM PSHT Unsoed, tempat pertama kali kami bertemu. Rasa malas untuk latihan hilang. Penyebab mengapa saya bisa menjadi atlet, warga ataupun pelatih tidak terlepas darinya. Saya senang ketika waktu sabuk polos lalu dapat juara 1, lalu dia mengetahuinya dan memberi ucapan selamat walau hanya via Facebook. Saya ingin katakan, “bukan karna gue hebat, tetapi karena peran lu jadian sama yang lain yang buat gua terpecut.”
Hal
menyesakkan tersebut berlalu. hari demi hari, Harapan saya kepada W sudah hilang. Sekarang, bahkan saya hampir tidak pernah memikirkannya. Sekarang dia sudah tidak kuliah di Unsoed lagi, melainkan pindah ke STAN, daerah Bintaro. . Saya ingat, hari ini tanggal 22 Oktober, tanggal W lahir dan saya akan ucapkan,”selamat ulang tahun ya” di Pesan Facebooknya..
Dahulu,
saya kira saya tidak bisa melupakan first
love. Tapi, dari kejadian ini, saya sadar kalau hati bisa dengan mudah
terbolak-balik. Saya yakin bisa menyukai orang lagi. Belajar tidak melakukan
hal ceroboh lagi, menyia-nyiakan kesempatan
dan menjadikan hal tersebut penyesalan terbesar Mungkin suatu saat, saya akan meminta persetujuaan untuk menaruh namanya disini, di tulisan ini jika saya siap. Agar tidak menjadi sekedar inisial saja.
Saya ada sedikit PUISI tentang masa lalu kedihupan itu, hehe
has been Deleted