jika menulis adalah sebuah Hobi, maka tak perlu alasan lagi mengapa saya menulis

Sabtu, 24 Juni 2017

TUGAS AKHIR I: Jalan Terjal Menuju Seminar hasil

19 Juni 2017. Di dalam kereta. Hari ini bulan Ramadhan. Disini, seperti layaknya anak normalnya,  merindukan sebuah tempat terindah yang disebut rumah. Bisa saya tebak, nanti jika saya pulang, akan diteror oleh orang tua dengan pertanyaan:
 “Bagiamana penelitian kamu? Lancar”
“Kamu gak ngulang lagi kan penelitiannya”
“Kapan Seminar?”
“Bagaimana Skrpisimu?Kapan Lulus?Kapan Wisuda”
Dan Lain-lain.
Setidaknya tidak terlalu beban. Setidaknya saya bisa melaporkan tanggung jawab saya selama di Purwokerto sebagai mahasiswa.
Di dalam kereta ini, masih teringat beberapa saat lalu, tepatnya 4 hari yang lalu. Saya melaksanakan Seminar hasil (Semhas), seminar yang akan membawa saya ke gerbang selanjutnya, pendadaran, lalu  wisuda.  
Yah, walau SEMHAS selesai, tapi beberapa mata kuliah wajib “semester 1” belum selesai, sebut saja mata kuliah ‘Bahasa Indonesia’ dan ‘Kewuirausaan’. Disaat sebagian besar teman telah lulus mata kuliah tersebut, sementara saya yang sudah semester delapan merasa kembali lagi ke semester satu. Ironis memang. Tugas Akhir  selesai tetapi,  mata kuliah semester 1 belum selesai.
Di balik Tugas Akhir I yang telah selesai, ada sebuah perjalanan yang cukup panjang, terjal, membutuhkan fisik dan mental yang kuat. Usaha yang tidak bisa bergantung mood, tapi keuletan yang tidak ada habisnya. Sudah penelitian dan buat draft proposal, proposal tidak layak, mengulang dan penelitian lagi demi 3 SKS ini. Belum lagi masalah masih ikut aktif dalam organisasi dan  harus latihan demi perlombaan.

September 2016. Bismillah Tugas Akhir ambil Fisika Medis. 
Cerita dimulai dari bulan September tahun 2016, Tepatnya beberapa hari setelah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Saya memikirkan apa tugas akhir yang akan saya kerjakan. Ada beberapa mata kuliah peminatan di Jurusan fisika (KMK). Yaitu, Teori Komputasi, Elektronika & Instrumentasi, Material, Geofisika, dan Medis. Saya pilih KMK yang terakhir, yaitu fisika medis. Alasannya, ya karena saya telah mengambil beberapa matakuliah pilihan berkaitan dengan medis, Seperti Elektrofisiologi,  Fisika Radiasi, Biofisika, dan lain-lain.
“Setelah KMK telah ditentukan, Apa topik yang akan saya ambil?” dalam fikiran muncul pertantaan demikian. Lalu saya dengan minim sekali pengetahuan, mencoba mengambil topik baru, bagaimana pengaruh radiasi matahari terhadap kulit? Lapisan ozon kan yang telah menipis bisa jadi latar belakang?
Beberapa kali saya mengkonsultasikan tentang ide saya, bertanya beberapa hal. Selanjutnya. semua saya akan lakukan secara let it Flow. Biarkan semua mengalir dan ide akan berkembang dengan sendirinya. Seperti itulah dalam fikiran saya.  Sekarang, yang harus saya lakukan adalah mendapatkan informasi mengenai dimana tempat yang tepat untuk memulai skripsi ini. Ya ada satu tempat dimana saya dapat mengukur besar Intensitas radiasi matahari, yaitu Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Kemayoran, Jakarta. Sedikit senyum terpancar di pipi dan mulut, begitupun hati. Karena saya bisa pulang.

November 2016, saatnya penelitian ke Jakarta.
 Tanpa fikir panjang, saya melakukan penelitian sebelum melakukan seminar Proposal. Dengan segala surat menyurat untuk perizinan sudah saya siapkan.
Di Jakarta, perjalanan dari rumah menuju tempat penelitian membutuhkan waktu sekitar 50 menit. Waktu yang relatif lama ya. Ya, dari rumah, tempat biasanya saya bermalas-malasan dengan berbagai macam jenis malas, menuju tempat penelitian.
Waktu 50 menit perjalanan dari rumah menuju BMKG saya habiskan dalam kemacetan, bisingnya suara lalu lintas, dan polusi kendaraan dibawah teriknya Kota Jakarta walau waktu masih pukul tujuh pagi. Saling serobot salip sana-sini pake otot agar dapat ke tempat penelitian tepat waktu. Dan harus pulang pada waktu yang tak tentu. Macet-macetan dan saya harus melalukan hal tersebut selama 1 bulan di waktu kerja.
Sebenarnya berjalan dan  bangun pagi-pagi serta macet-macetan bukan merupakan hal yang baru bagi saya. Karna sekitar beberapa tahun yang lalu saya juga harus melakukan hal yang sama untuk berangkat sekolah. Tapi semenjak mahasiswa yang tinggal di daerah yang damai, karena kebiasaan tidak disiplin, lancar dan dekatnya jarak antar kos dan kampus, saya merasa harus membiasakan diri lagi menjadi diri saya yang dulu.  Berlelah-lelahan agar tugas akhir ini dapat selesai.
Dan sore hari , tidak akan saya tinggalkan latihan fisik untuk persiapan Perlombaan SH CUP di Jogjakarta pada bulan Desember 2016, waktu yang begitu dekat. Tidak mungkin saya latihan di Purwokerto menunggu selesai penelitiannya.


Desember 2016, pusing memuncak.
Ya, hari demi hari terlewat sudah dan akhirnya selesai pula penelitian ini. Inilah saatnya untuk kembali menuju rumah kedua,  yaitu Purwokerto. Saya yang telah menyelesaikan Draft proposal, telah siap di print dan diserahkan ke dosen Pembimbing.
Pengaruh intensitas radiasi ke kulit. Terserahkan draft tersebut ke dosen dengan rasa senang. Dan Bamm! Saya diomeli pembimbing. Skripsi saya dicap terlalu simpel dan lebih mirip dengan “Laporan Kerja Praktik”,
 “Tidak layak dijadikan sebagai Skripsi, itu namanya Kerja Praktik”
Selain itu, ada variabel yang tidak dapat ditemukan, yaitu panjang gelombang matahari yang sampai pada permukaan bumi di Jakarta.
Setelah konsultasi, terasa ada yang stuck bagian saraf otak ini. Hari demi hari terlewat, ingin melangkah maju, tapi di depan hanya ada jalan buntu. Mau gimana?Apa yang harus saya lakukan? Ternyata mengerjakan Tugas Akhir sambil Let itu Flow itu tidak bisa. Harus direncakan dari awal. Waktu lebih banyak saya habiskan untuk bermain. Ketika bermain, seringkali terbesit Skripi. Dan segala mood yang baik, jatuh dan berantakan.
Saya ingat, pada pagi itu, di saat saya hanya termenung, muncul notifikasi dari WA, yaitu sebuah tawaran mengenai topik Tugas Akhir. Ada sebuah tawaran topik tugas akhir untuk mahasiswa yang belum mendapatkan judul atau untuk mahasiswa yang ingin Banting setir. Mengapa ada kata banting setir? Akh elah! konotasi yang menyakitkan. Banting setir adalah opsi terburuk dan terakhir. Dan jika ganti topik,  saya panas-panasan berjam-jam, bangun pagi, selama sebulan di Jakarta itu apa? Sia-sia saja?  Lebih menyakitkan lagi, ada aja yang manusia yang ceplos,
“Wah hilman lulus maret nih”
“Wah hilman bakal semprop pertama nih”
“Wah hilman bakal semhas pertama nih”
“Hilman Penelitiannya udah selesai ya, selamat ya”
Lebih menyakitkan lagi Mama menelpon lalu bertanya,
Hilman bagaimana skripsinya? Lancar?”
“Kira-kira kapan wisudanya”
Disaat otak sedang bingung-bingungnya, akhirnya yang saya lakukan adalah,
Lomba! iya perlombaan di akhir Desember. Saya berangkat ke Jogjakarta, sejenak bisa melupakan apa yang namanya tugas akhir. Disini, saya memasang target sampai final! Dan bukannya menang, justru babak belur. Otak cedera akibat skripsi, kaki cedera karena benturan. Perlombaan selesai. Setelah 1 hari setelah perlombaan, yang saya lakukan adalah,
Lomba! yah, perlombaan selanjutnya adalah di Cilacap. Dalam seminggu saya mengikuti dua perlombaan sekaligus. Di saat kaki masih terasa sakit setelah perlombaan di Jogjakarta, saya harus bertarung lagi. Tapi alhamdulillah, saya disini berhasil bahagia walau kaki cedera. Setidaknya saya tidak menjadi pecundang sejati di akhir tahun ini. Dan ingat skripsi lagi, dan moodpun jatuh lagi.

Januari 2017,  Fix banting setir, ayo tancap gas!
Banjarnegara. Dengan kesejukan keindahan alamnya dan angin yang berhembus, disana saya dan teman yang asli dari Banjar bermain ke tempat sumber air panas yang tersembunyi. saya duduk diantara bebatuan. Hanya celana yang tersisa di tubuh. Saya pejamkan mata dan mencoba tenangkan diri, juga jernihkan fikiran. Sekitar 1 jam disana, lalu terbesit dalam fikiran, jika saya harus ganti, topik,  yasudah terima saja. Mau sampai kapan memikirkan tugas akhir yang tidak bisa saya teruskan. Tapi dengan syarat, jika telah banting setir, otomatis saya sudah tertinggal jauh oleh yang lain. saya harus siap-siap tancap gas.
Ganti Topik.
Medis menuju Elinst.
Mesin Tetas Telur.

Maret-Mei 2017, Setelah Seminar Proposal, Langkah Selanjutnya adalah Penelitian.
Setelah melaukan Seminar Proposal tanggal 28 Februari 2017, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan alat tetas. Waktu pembuatan, hampir saya lakukan sendirian, walau beberapa kali dibantu oleh teman-teman. Tuga akhir Fisika, tapi pekerjaanya mengelas, gergaji, mengecat, membor, memaku, kerja fisik disertai keringat yang mengucur pada tubuh. Saya lakukan ini dari pagi hingga sore pukul 15.00, bahkan hari sabtu maupun minggu sekalipun terkadang saya ke Lab. Lalu 15.30 saya berangkat menuju gor Satria untuk pemusatan latihan, hanya saja saya telah melupakan apa itu lelah.
Mesin telah selesai dibuat. Langkah selanjutnya yaitu pengeraman telur. Pada saat pengeraman, tidak sesibuk pada saat pembuatan mesin. Maka dari itu, itu adalah saat saya menggarap skripsi Bab IV.
Tepat pada saat saya ingin menggarap Bab IV, “Jreenggg!” saya lupa, bahwa saya belum mengerjakan revisi Usulan Penelitian atau revisi setelah Seminar Proposal. Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan revisi usulan penelitian paling lambat 2 minggu setelah Seminar Proposal. Dan tebak saya mulai garap revisi proposal kapan? 1 bulan setengah setelah Seminar Proposal.  Saya revisian menyerahkan usulan ke dosen,
“Tiga hari lagi di ambil ya mas”
Setelah 3 hari menunggu
“Belum saya periksa mas”
Dan akhirnya diperiksa di tempat, saat itu juga. Dan 15 menit selesai. usulan penelitan penuh dengan corat-coret, lalu malamnya dibereskan, besoknya langsung revisian lagi, lalu dosennya mengatakan,
”Udah dibetulkan saja. Santai aja mas, ngapain buru-buru”,
“Oh iya pak” padahal dalam hati berucap, padahal Cuma dikasih waktu dua minggu, dan ini sudah 1 setengah bulan disuruh untuk santai. Dan akhirnya proposal selesai direvisi setelah dua bulan 1 minggu setelah waktu Seminar Proposal.
Lalu saatnya lanjut kembali ke Bab IV dan Sekaligus Bab V maupun lampiran saya selesaikan sambil belajar gitar di Ruang TA.

Juni 2017 Tiga SKS itupun Selesai.
Dan hari yang ditunggupun tiba.  Drama tiga SKS itupun selesai juga. Dan Inilah akhirnya
.
gue dan beberapa teman fisika, tebak gue yang mana? sengaja muka  ditutup biar gak ada yang tau gue yang mana

Walau revisi telah siap datang, dan hal yang paling ditakukan oleh tiap insan mahasiswa telah menunggu, yaitu Pendadaran/Komprehensif yang digabung oleh TA 2, berisi sidang skripsi.

19 Juni 2017, perjalanan  menuju gerbang yang bernama wisuda belum selesai teman-teman.    Entah lulus september ataupun Desember, kita lihat saja nanti. Yang penting usaha terlebih dahulu. September adalah hadiah. Karna entah apa yang terjadi, semua masih abu-abu.
Ada cerita selanjutnya masih menunggu. Tugas Akhir 2: Jadi Mahasiswa Dadar.

Lampiran:
Seekor bebek yang direncakan untuk makan-makan, tapi keburu dimakan kucing duluan.



Share: