jika menulis adalah sebuah Hobi, maka tak perlu alasan lagi mengapa saya menulis

Sabtu, 07 Oktober 2017

Tugas Akhir II: Jadi Karet atau Kaca?

INTRO:
“September 2016, Salem,Brebes, Jawa Tengah. Menempuh sekitar 2 jam perjalanan dari Purwokerto menggunakan motor. Disana, puluhan manusia  sedang berduka. Iya, teman sekelas saya di bangku perkuliahan yang bernama Alga, meninggal  dunia. Bunga-bunga bertebaran di makamnya bersama doa. Beberapa teman dan juga sanak keluarga almarhum meneteskan air mata.
Lain dengan saya dan Kak Ari si angkatan 2011(2 tahun lebih tua dari saya). Di saat orang-orang sedang berdoa bersama, saya dan Ka Ari sedang berbincang pelan-pelan pada radius sekitar 5 meter dari kuburan Almarhum. Kami berbincang masalah rencana Tugas Akhir, mau mengambil judul apa, lalu merembet  target wisuda. Dan setelah sekian lama, dengan basa-basi busuknya, dia mengajak saya ikutan taruhan,
“Man,Lu mau gak ikutan, Jadi gua, Yunus,Wapi,Imam,sama Raihan kita udah buat perjajian. Cuma sebagai motivasi aja sih buat ngerjain skripsi. Jadi nih, kita buat target lulus September (2017), kalo misalnya ada dari kita yang gak lulus september(2017). Nanti yang gak wisuda kasih selamet buat yang wisuda sambil pake konde.Trus di dandanin pake kebaya.Ayo man, buat seru-seruan aja”
Lalu saya terdiam sesaat sambil berfikir. Awalnya ragu, tapi kalau difikir-fikir bisa juga sih buat motivasi. Dan akhirnya,
“Ayok!”
“Serius Nih! Deal ya!”sambil berjabat tangan.
“Ya!”
“OKEEE!”
SEPTEMBER 2017, Demi toga dikepala, saya akan berjuang Habis-habisan! Atau bakalan habis gara-gara pakai kebaya!


Sekarang. 4 Oktober 2017, Di kampung halaman, bersama butiran pie yang siap untuk disantap. Telah selesai Tugas Akhir 2 beserta perkuliahan. Di kampung ini, saya berniat untuk mencari kerja, tapi mungkin mulainya senin besok.  Sambil mengisi waktu yang kosong,  dan mood saya bagus,  saya ingin melanjutkan passion menulis saya, yaitu melanjutkan cerita dari Tugas Akhir I. Sebuah cerita yang berakhir pada Seminar Hasil.
Saya akan ceritakan, mungkin lebih tepatnya mengkronologikan semuanya secara rinci dan detail, mungkin akan menghabiskan berlembar-lembar halaman di microsoft word. Yasudah kita mulai aja, Keburu gak mood lagi.

Sehabis lebaran. Cerita dimulai dari waktu itu. Waktu itu,kondisi psikologis atau entah apa namanya, sedang dalam kondisi kritis. Karna waktu seminar hasil,  terjadi hal yang di luar dugaan. Saya di kritik habis oleh dosen. Pura-pura stay cool, walau mata sudah resah menutupi kegalauan, kegundahan, kerisauan, entahlah itu. Semua karena konsep fisika di skripsi saya yang masih kurang . Saya juga terkesan terburu-buru “Mau cepet-cepet wisuda” di mata dosen. Mungkin ini akibat saya yang terlalu meremehkan  “TUGAS AKHIR 1 cuma 3 SKS” dari 144 SKS.  Akh bodo amat!

JULI 2017, Saya menyukai sunyi, tapi dapat asyik sendiri. Saya merasakan sunyi yang sebenarnya, saat dalam sepi dan tertekan.
Waktu di kampung halaman, saya merasakan kegabutan yang tidak biasa. Saya mengeram di kamar, pagi memulai tidur sampai siang, lalu bangun makan siang, dilanjutkan tidur lagi sampai sore. Malam hari saya melakukan aktivitas sampai pukul 03.00. Apa yang saya kerjakan? Nonton youtube, nonton masha & the bear, Spongebob, Shaun The Sheep, lalu kalau sudah bosan bermain PS GTA san Andreas, di game itu, saya bebas pukulin orang, ngebunuh orang, orang lagi asyik bermain sepeda, saya tembak dengan Sniper kepalanya. Ke kantor polisi hanya untuk melempar bom, lalu 2 orang sedang bergandeng tangan, mungkin sedang merasakan cinta yang bersemi, lalu ada saya dari jarak sekitar5 meter. Lalu saya tembak pakai bazoka kedua tangan yang bergandengan tersebut, faedahnya dimana? Tidak ada.  
itu saja yang saya lakukan sampai tanggal 3 Juli 2017. Semalas- malasnya kebo, kebo juga kerja membajak sawah. Kalau dibanding saya, kebo lebih menang rajin.
Demi  kembali produktif, tanggal  3 Juli 2017, saya memutuskan untuk kembali ke Purwokerto meninggalkan kampung halaman yang padahal saya sendiri ingin lebih lama disana karena kenyamanannya. Di Purwokerto sendiri, nyatanya saya tidak melakukan apa-apa.  Saya memandang, jalanan di Purwokerto sangat lengang, mungkin bisa jadi lahan selfie sambil ngeroll. Burjo Langganan juga belum buka, mahasiswa masih pada di kampungnya masing-masing.  Purowkerto lebih dingin tidak seperti biasa. Atmosfernya mempengaruhi emosi saya.
 Saya merasakan rasa sunyi yang sebenarnya. Sebenernya saya menyukai suasana sunyi, tapi bisa asyik sendiri dengan apa yang saya kerjakan. Berbeda dengan suasana begitu sepi dan merasakan rasa tertekan. Suasana sepi dan berada pada rasa tertekan, itulah sunyi yang sebenarnya. Saya merasa kehilangan motivasi untuk revisi skripsi. Berbeda waktu sebelum Seminar Hasil yang begitu  berapi-api. Pada akhirnya terbakar api sendiri. Dan akhirnya keadaan berkata, saya harus berada pada keramaian, yaitu bermain bersama teman-teman.
Ada satu tahap lagi setelah kita melewati Seminar Hasil, yaitu sidang. Sidang sendiri terdiri dari ujian Skripsi dan komprehensif. Jadi setelah sidang, baru bisa yudisium(peresmian kelulusan) lalu wisuda(perayaan kelulusan).

Agustus 2017, Semua mulai kompleks.
Jadi untuk bisa daftar sidang, saya harus revisi skripsi terlebih dahulu dengan 5 dosen. Menyatukan fikiran 5 dosen, dosen A maunya  ini tapi dosen  B maunya itu. Walau begitu,  untuk revisi hanya memakan waktu normal 2 minggu. Tetapi saya memakan waktu revisi hingga 1 bulan dari tanggal 3 Juli.  Apakah karena malas?
Mengapa bisa seperti itu? Jadi ,tanggal pendaftaran sidang disana dibagi beberapa periode, yaitu pada tanggal 17-19 Juli 2017 dan 4-6 Agustus 2017. Karna ada syarat daftar sidang yang tidak bisa saya penuhi, yaitu  mata kuliah wajib harus sudah keluar semua nilainya. Nilai mata kuliah tersebut baru bisa keluar paling cepat 28 Juli. Maka dari itu saya memilih mendaftar pada periode 4-6 Agustus, dimana periode tersebut adalah periode terakhir pendaftaran sidang agar bisa wisuda September. Kalau tidak bisa, yasudah wassalam wisuda september tinggal mimpi.
Mata kuliah tersebut adalah Bahasa Indonesia dan Kewirausahaan, yaitu mata kuliah wajib semester 2 yang saya ambil di semester 8. Tahun kemarin, nilai Kewirausaahn baru keluar tanggal 9 Agustus. Kalau tahun keluar lagi pada tanggal yang sama, itu artinya saya tidak bisa daftar sidang, artinya,saya tidak bisa wisuda September. Dan hal tersebut menjadi ketakutan saya yang paling besar.Konyol jika saya ditanya,”hilman, kenapa kamu gak wisuda,” jawabannya, “nilai KWU telat keluar bu!”
Akhirnya revisi skripsi sengaja saya selesaikan pada tanggal 2 Agustus. Sementara belum ada tanda-tanda keluar nilai mata kuliah Bahasa Indonesia dan Kewirausahaan. Akhirnya, saya pergi ke Fakultas Sastra dan Ekonomi untuk menemui dosen pengampu mata kuliah tersebut. Dosen tersebut sulit ditemui. Dengan terpaksa dosen tersebut saya teror lewat Whats’Up pagi siang sore malam. Tapi singkat cerita, dengan teror yang panjang, akhirnya nilai-nilai tersebut dapat keluar sebelum pendaftaran sidang ditutup, dan akhirnya saya bisa mendaftar sidang. Terima kasih dosen Kewirausahaaan dan dosen Bahasa Indonesia. Walaupun saya tidak pernah tau nama kalian,tapi jasa kalian tak akan terlupa.
Masalah nilai sudah selesai, masalah baru datang lagi. Masalah yang lebih kompleks, diluar dugaan,  saya kira saya satu-satunya, ternyata saya salah satunya. Salah satu pendaftar sidang dari 15 pendaftar. Dan masalahnya,  dengan dosen yang sedikit harus menghadapi 15 mahasiswa dalam 6 hari kerja. 15 mahasiswa berarti terdapat 15 kali sidang dalam 6 hari kerja. satu kali sidang memakan waktu 2 jam. 1 kali sidang melibatkan 5 dosen, berbeda pada beberapa fakultas lainnya yang sidangnya paling banyak 3 dosen. Padahal, dosen jurusan saya jumlahnya bisa dibilang lebih sedikit dari fakultas lainnya.
Mendekati pendaftaran yudisium seperti ini,  semua menjadi ruwet. Keruwetan yang paling besar, yaitu saat 15 mahasiswa harus memfiksasi jadwal 5 dosen dalam satu waktu pada 6 hari kerja.  Disini mulai kacau. Mahasiswa lainnya memplotkan dirinya sendiri, entah sudah fix atau belum dosennya. Saya hampir saja tidak dapat mendapatkan jadwal. Tapi alhamdulillah, saya mendapatkan jadwal hari selasa tanggal 8 Agustus pagi pukul 8 pagi.
Disini  kelihatan sekali beberapa mahasiswa yang memikirkan dirinya masing-masing tanpa peduli apapun demi lulus september. Hubungan antar dosen dan mahasiswa menjadi retak akibat beberapa mahasiswa yang melanggar aturan dan memaksakan kehandak. Setelah saya menilai orang lain, lalu saya bertanya pada diri saya sendiri. Ternyata saya juga merasa seperti itu, egois termakan sama ego sendiri demi mengejar ambisi. Ego saya terlihat pada saat memfiksasi Jadwal 5 dosen. Anggap namanya dosen A,B,C,D, dan E. Awalnya jadwal saya selasa pagi pukul 8, saya sudah  konfirmasi dengan dosen B, tetapi jadwal tersebut saya ganti menjadi siang jam 1 karena ada mahasiswa yang ingin bertukar jadwal. Karena ada mahasiswa yang ingin bertukar jadwal dengan saya. Saya bilang ke dosen B “Maaf pak , jadwalnya jadi siang karena ada yang mau tukeran jadwal,”
“ya ga apa”,kata dosen B datar.
Lalu saya bilang dengan dosen A,C,D,E. Dosen C dan E menyanggupi jadwal siang, tapi dosen A dan D inginnya pagi. Oke jadwalnya jadi pagi lagi.
Balik lagi ke dosen B, ”aduh pak maaf sekali lagi, jadwalnya pindah ke pagi lagi”sambil senyum kecut
“yah ga apa” kata dosen B  datar.
Lalu kembali saya ke dosen C dan E, mereka juga menyanggupi jadwal pagi.  Disini, entah saya merasa memainkan dosen, saya merasa mementingkan diri sendiri.
Yah, saya sadar manusia hanya akan memikirkan dirinya sendiri tak peduli lingkungan sekitarnya, tak peduli yang ia lakukan benar atau salah saat dirinya dalam tekanan.

7 Agustus, saya menyerah!
Salah seorang teman berkata,”Dosen A lagi gak mau diganggu mahasiswa, kalau mau sidang dengan beliau, harus berdua sama mahasiswa,”
Saya tidak mau percaya kata-kata itu. Saya mencoba menemui dosen A, karna saya belum memberikan draft skripsi, beluai sulit ditemui tiap harinya. Dan pagi hari ini,saya berniat untuk menemuinya. Lalu? ZONK. Kata dari seorang kakak angkatan, beliau telah pulang lagi. Padahal waktu itu pagi hari pukul 08.00.  Besok, saya  harus sidang. Lalu draft skripsinya harus bagaimana?
Saya keluarkan Handphone sekedar untuk mewhats’UP Dosen A, “saya belum menyerahkan draft sidang pak, pak ini baiknya seperti apa?”Saya whats up juga dosen BCDE untuk mengingatkan ulang bahwa besok saya sidang. Jam demi jam berlalu, Hingga akhirnya, Dosen A hanya menyisakan tanda checklist warna biru. Tak ada balasan apa-apa. Dosen B,C  telah siap, Dosen E masih belum menjawab.  Sementara Dosen D, bertanya kepada saya, dan memulai percakapan. Maknanya seperti ini.
“Apakah semua dosen telah siap?”
“Dosen A, saya masih ragu pak,” Jawab saya
“ Lho gimana mas, anda suruh saya nguji anda sendiri gak yakin,”
“menurut kabar dari mahasiswa, dosen A ingin sidangnya berdua dengan mahasiswa (Quality time)”, Jawab saya yang mulai mempercayai masukan dari teman, BTW, gak  ada quality timenya yah.
“Anda jangan seenaknya menyuruh tanpa memikirkan konsekuensinya,perlu anda ketahui, jika 1 dosen tidak ada, maka anda tidak bisa, melakukan komprehensif,bisa dipahami?”
Lalu saya membisu tidak membalas dalam suatu dilema. Dosen A menginginkan quality time, sementara Dosen D mengharuskan semua dosen hadir.
Beberapa saat, Handphone kembali bergetar. Ada WA masuk dari dosen E.
“Jam segitu Saya kan menyidangkan Anisa,Anak 2012”
Jengjengjreeenggggg! Dosen A gak ada kabar, Dosen E sudah pasti tidak bisa. Saya ingin teriak sekencang-kencangnya. Ada satu misteri yang membuat saya begitu emosional pada waktu itu, ”GIMANA SIH!  KATANYA KAK ANISA SIANG, KENAPA GAK BILANG2 KALO JADWALNYA JADI PAGI!”
Saya ingin me WAnya, rasanya ingin meluapkan emosi dengan kata-kata sarkas tidak peduli dia kakak angkatan ataupun perempuan. Tapi  diawali dengan sebuah pertanyaan. “kak emang kakak jadwalnya besok pagi ya?” Tapi sepertinya nomornya sedang gak aktif. Beberapa jam berlalu. Masih dalam sebuah tekanan, saya mencoba menjernihkan fikiran. Apa jalan Terbaiknya? Yap,BUBARBUBAR! sidangnya dibubarkan saja,haha. Iya sidangnya ditunda, terus kapan mau sidangnya? Ya HABIS YUDISIUM.  Kenapa enggak besoknya? Enggak bisa, jadwalnya sudah penuh semua. Tidak ada kemungkinan semua dosen dapat berkumpul dalam satu waktu dan tempat. Sebenernya saya bisa saja sidang sebelum yudisium, dengan cara mampartisi dosen-dosen ke beberapa jadwal. Tapi saya rasa kurang etis cara seperti itu. Lagipula suasana waktu itu juga sedang kacau. Citra mahasiswa tugas akhir sedang kurang baik akibat dari beberapa kasus.
Sedikit flash back. Saya teringat waktu masih mahasiswa baru, target terbesar saya adalah lulus September 2017 dengan IPK minimal 3. Saya tulis target itu pada selembar kertas, saya tempelkan di dinding ruang kosan“AYO! September 2017, jangan males woi.
 Memang, lulus di bulan September menjadi target, menjadi harapan terbesar saya. Tapi jika keadaanya seperti ini, daripada citra mahasiswa tugas akhir semakin buruk, lebih baik saya mengalah daripada dan mengundurkan diri dari tim wisuda september.
Oke,langkah selanjutnya, sehabis magrib saya harus bermain ke sekretariat UKM, mengajak teman/saudara untuk menemani saya. Saya ajak lewat BBM,
“Saya kayaknya gagal lulus september deh Rin, kamu bisa gak ke Sekre gak ?Saya stress sendirian. Haha. Sekalian saya bantuin rekap peserta buat SH Cup?” SH cup itu adalah kejuaraan pencak silat se Jateng-DIY.
Lalu setelah di sekre,”Rin gimana nih ya batalin ke dosen?saya bingung takut gak sopan, takut disangka mempermainkan dosen, kira-kira gimana ya tulisannya”
“Wah, kalo soal WA dosen saya jagonya mas, saya ajarin deh, yang penting tuh jago basa-basi.”
“Ah, saya paling gak bisa basa-basi. Ini kamu yang ketikin aja” akhirnya saya serahkan Handphone saya,saya percayai dia untuk menuliskan pesannya.
Setelah hampir 1 jam,
“Lama bener! Udah belum?”
“Ini mas udah, saya send ya?”
“Jangan, saya Liat dulu” Dan isinya seperti ini,
Luar Biasa Merayu Kalimatnya.
Lalu saya menanggapi,”ini kenapa... gak ditambahin Love you aja sekalian rin, pas akhir-akhirnya gitu,”
Akhirnya saya sendiri yang mengetik WA dengan kalimata sebaik-baiknya yang saya bisa. Tidak ada emoticion, tidak ada rayuan, tidak apa basa-basi apa kabar pak, lagi ngapain pak dan yang terpenting itu sesuai dengan EYD.  Akhirnya dosen tidak ada yang marah akibat pembatalan ini.
Ketika membantu rekapan SH Cup, ada WA masuk dari Imam,teman satu angkatan. Ternyata berisi pesan suara, suaranya Egi, dengan gayanya yang memang ada lucu-lucunya, tapi  saya kurang paham bicara pakai bahasa apa, sepertinya bahasa isyarat. Mereka sebelumnya tahu kalau saya gagal sidang. Singkatnya, Imam saya ajak menginap di kosan saya agar rasa tertekan saya berkurang. Saya pulang dari Sekretariat setelah membantu menyelesaikan rekapan SH Cup.
Di kosan, saya melihat WA masuk lagi. Saya lihat WA dari kak yani, teman dari kak anissa.
“Hilman, ini Yani. Kamu bisa sidang pagi,  Anisa sidangnya jam 1”
“Lah kata dosen E kak anisa jam 8 pagi”
“Enggak kok  siang”
Akhirnya saya paham, ternyata Dosen E yang lupa jadwal. Hampir saja saya marah-marah kepada orang yang tidak salah apa-apa. Hal itu terjadi sekitar 1 jam setelah saya membatalkan jadwal sidang. Saya paham, sepertinya Allah tidak menghendaki saya lulus September.

Tapi dari hal tersebut, ada pelajaran yang bisa saya ambil.
Saya teringat waktu SMP, waktu itu saya sedikit membaca buku kimia mengenai sifat bahan. Salah duanya adalah karet dan kaca.  Sifat karet yaitu elastis. Sementara sifat kaca yaitu kaku. Contoh dari benda yang terbuat dari karet yaitu bola basket.  Bola basket, semakin keras di banting, maka akan semakin tinggi melambung.  
Contoh dari benda yang terbuat dari kaca yaitu piring. Berbeda dengan bola basket, semakin keras piring di banting, makan akan semakin kepingan-kepingan karena piring tersebut hancur.
Sama seperti manusia. Manusia pasti pernah merasakan apa yang namanya ujian yang berat, jatuh dan sulit untuk kembali lagi. Sama seperti apa yang saya alami saat ini. 
Tapi manusia dapat memilih, apakah dia ingin bersifat seperti karet, yang semakin keras ia terjatuh, maka akan semakin tinggi tekad dia untuk menjadi lebih baik lagi. Atau seperti  kaca, semakin keras dibanting, makan semakin hancur tekad dia. 

Wah gak  terasa  udah 8 lembar di microsoft word. Tapi ceritanya juga belum selesai yah.
Oke  sudah tidak mood lagi nulisnya. Langsung disingkat aja. Besoknya, selasa pagi, saya jadi sidang sama Iska, rekan saya,di Tranggulaasih pastinya. Tempat wisata yang sejuk. Pengujinya pohon dan rerumputan. 
Setelah itu, dibanding memikirkan sidang,  waktu yang saya lalui lebih fokus pada kegiatan UKM. . Ke tempat latihan, berbagi ilmu pencak  yang saya punya.
Teman-teman saya akhirnya yudisium. Saya hanya bisa turut mengucapkan selamat kepada mereka.  Walau saya masih belum ikhlas melihat instagram,  karna isinya pasti tentang yudisium. Jadi saya lihat instagramnya, dengan mata tertutup. Sambil mengintip sedikit pastinya.  
Suasana yang kacau telah kembali tenang. Akhirnya saya melaksanakan sidang yang sesunggugnya saat H-4 SH Cup. Alhamdulillah saya dapat melewati sidang dengan nilai yang apa adanya. SH Cup juga terlewat, dengan hasil ada apanya.
Beberapa minggu kemudian, acara yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga.  Wisudaan September.
 1 tahun yang lalu, 6 anak taruhan, “yang gak lulus September, pake konde”. Wapi,imam, Raihan, mereka menang. Sementara saya, Yunuz, dan kak ari si pembuat taruhan, yap, karena ceritanya disingkat, jadi singkat cerita kami sebagai lelaki sejati yang menepati janjinya, menjadi banci. Oke jangan bawa-bawa label pencak silat, karena pencak silat tidak punya salah apa-apa.
Dan sialnya, teman pencak silat saya, lewat! ”WAH Mas Hilman, cantik Banget!”
 Akhirnya, foto bareng,sambil pasang silat. Lebih parah dari itu,  di Upload ke instagram,di share ke grup Whats Up.
Dibalik senyum para manusia, ada seorang manusia yang menderita. Haha.

“Man, besok mangkal dimana?”
“Kamu, berbakat memang man,”
“Sudah cantik, sayang lurus doang gak ada isinya, ” dipuji teman UKM sendiri. Hahaha.
Mungkin ini kutukan buat saya, karena saya membuat taruhan di kuburan ketika ada teman yang meninggal.
Jadi, sudah terjawab sedetail-detailnya pertanyaan beberapa teman yang bertanya,”kenapa gak jadi sidang?” 
Kalau ditanya, Jawaban singkatnya? Karena dosennya lupa jadwal. Jawaban panjangnya? Butuh 10 halaman  microsoft word untuk menjawabnya bro.
Kalau ditanya,”Hilman Sedih gak sih gak jadi wisuda?”
Jawabannya,”kalau mau tau rasanya, coba aja rasain punya nasib percis seperti gua, lu bakalan paham. Tapi rasanya versi gua, sakit? iya awalnya memang sakit. Tapi setelah gue sidang, rasa sakit berubah jadi lega. Apalagi pas wisuda, gue gak merasa iri mereka berhasil wisuda. Waktu itu, emosi gue lebih fokus ke rasa nahan malu, karna pake kebaya. Tapi setelah itu,gue merasa senang dan tenang. Gue rasa,gue ikhlas gagal wisuda” 

Iya, hari ini, alhamdulillah, saya sudah bisa ikhlas.
Share: