INTRO:
“September 2016, Salem,Brebes, Jawa
Tengah. Menempuh sekitar 2 jam perjalanan dari Purwokerto menggunakan motor.
Disana, puluhan manusia sedang berduka.
Iya, teman sekelas saya di bangku perkuliahan yang bernama Alga, meninggal dunia. Bunga-bunga bertebaran di makamnya
bersama doa. Beberapa teman dan juga sanak keluarga almarhum meneteskan air
mata.
Lain dengan saya dan Kak Ari si angkatan
2011(2 tahun lebih tua dari saya). Di saat orang-orang sedang berdoa bersama,
saya dan Ka Ari sedang berbincang pelan-pelan pada radius sekitar 5 meter dari
kuburan Almarhum. Kami berbincang masalah rencana Tugas Akhir, mau mengambil
judul apa, lalu merembet target wisuda.
Dan setelah sekian lama, dengan basa-basi busuknya, dia mengajak saya ikutan
taruhan,
“Man,Lu mau gak ikutan, Jadi gua,
Yunus,Wapi,Imam,sama Raihan kita udah buat perjajian. Cuma sebagai motivasi aja
sih buat ngerjain skripsi. Jadi nih, kita buat target lulus September (2017),
kalo misalnya ada dari kita yang gak lulus september(2017). Nanti yang gak
wisuda kasih selamet buat yang wisuda sambil pake konde.Trus di dandanin pake
kebaya.Ayo man, buat seru-seruan aja”
Lalu saya terdiam sesaat sambil
berfikir. Awalnya ragu, tapi kalau difikir-fikir bisa juga sih buat motivasi. Dan
akhirnya,
“Ayok!”
“Serius Nih! Deal ya!”sambil berjabat
tangan.
“Ya!”
“OKEEE!”
SEPTEMBER 2017, Demi toga dikepala, saya
akan berjuang Habis-habisan! Atau bakalan habis gara-gara pakai kebaya!
Sekarang. 4 Oktober 2017, Di kampung halaman, bersama butiran pie yang siap untuk
disantap. Telah selesai Tugas Akhir 2 beserta perkuliahan. Di kampung ini, saya
berniat untuk mencari kerja, tapi mungkin mulainya senin besok. Sambil mengisi waktu yang kosong, dan mood saya bagus, saya ingin melanjutkan passion menulis saya,
yaitu melanjutkan cerita dari Tugas Akhir I. Sebuah cerita yang berakhir pada
Seminar Hasil.
Saya akan ceritakan, mungkin lebih
tepatnya mengkronologikan semuanya secara rinci dan detail, mungkin akan
menghabiskan berlembar-lembar halaman di microsoft word. Yasudah kita mulai aja,
Keburu gak mood lagi.
Sehabis lebaran. Cerita dimulai dari waktu itu. Waktu itu,kondisi psikologis atau entah
apa namanya, sedang dalam kondisi kritis. Karna waktu seminar hasil, terjadi hal yang di luar dugaan. Saya di
kritik habis oleh dosen. Pura-pura stay cool, walau mata sudah resah menutupi
kegalauan, kegundahan, kerisauan, entahlah itu. Semua karena konsep fisika di
skripsi saya yang masih kurang . Saya juga terkesan terburu-buru “Mau
cepet-cepet wisuda” di mata dosen. Mungkin ini akibat saya yang terlalu
meremehkan “TUGAS AKHIR 1 cuma 3 SKS”
dari 144 SKS. Akh bodo amat!
JULI 2017, Saya menyukai sunyi, tapi dapat asyik sendiri. Saya merasakan
sunyi yang sebenarnya, saat dalam sepi dan tertekan.
Waktu di kampung halaman, saya
merasakan kegabutan yang tidak biasa. Saya mengeram di kamar, pagi memulai tidur
sampai siang, lalu bangun makan siang, dilanjutkan tidur lagi sampai sore. Malam
hari saya melakukan aktivitas sampai pukul 03.00. Apa yang saya kerjakan?
Nonton youtube, nonton masha & the bear, Spongebob, Shaun The Sheep, lalu
kalau sudah bosan bermain PS GTA san Andreas, di game itu, saya bebas pukulin
orang, ngebunuh orang, orang lagi asyik bermain sepeda, saya tembak dengan
Sniper kepalanya. Ke kantor polisi hanya untuk melempar bom, lalu 2 orang
sedang bergandeng tangan, mungkin sedang merasakan cinta yang bersemi, lalu ada
saya dari jarak sekitar5 meter. Lalu saya tembak pakai bazoka kedua tangan yang
bergandengan tersebut, faedahnya dimana? Tidak ada.
itu saja yang saya lakukan sampai
tanggal 3 Juli 2017. Semalas- malasnya kebo, kebo juga kerja membajak sawah.
Kalau dibanding saya, kebo lebih menang rajin.
Demi
kembali produktif, tanggal 3 Juli
2017, saya memutuskan untuk kembali ke Purwokerto meninggalkan kampung halaman
yang padahal saya sendiri ingin lebih lama disana karena kenyamanannya. Di Purwokerto
sendiri, nyatanya saya tidak melakukan apa-apa.
Saya memandang, jalanan di Purwokerto sangat lengang, mungkin bisa jadi
lahan selfie sambil ngeroll. Burjo Langganan juga belum buka, mahasiswa masih
pada di kampungnya masing-masing. Purowkerto lebih dingin tidak seperti biasa.
Atmosfernya mempengaruhi emosi saya.
Saya merasakan rasa sunyi yang sebenarnya. Sebenernya
saya menyukai suasana sunyi, tapi bisa asyik sendiri dengan apa yang saya kerjakan.
Berbeda dengan suasana begitu sepi dan merasakan rasa tertekan. Suasana sepi
dan berada pada rasa tertekan, itulah sunyi yang sebenarnya. Saya merasa
kehilangan motivasi untuk revisi skripsi. Berbeda waktu sebelum Seminar Hasil
yang begitu berapi-api. Pada akhirnya terbakar
api sendiri. Dan akhirnya keadaan berkata, saya harus berada pada keramaian, yaitu
bermain bersama teman-teman.
Ada satu tahap lagi setelah kita
melewati Seminar Hasil, yaitu sidang. Sidang sendiri terdiri dari ujian Skripsi
dan komprehensif. Jadi setelah sidang, baru bisa yudisium(peresmian kelulusan)
lalu wisuda(perayaan kelulusan).
Agustus 2017, Semua mulai kompleks.
Jadi untuk bisa daftar sidang, saya
harus revisi skripsi terlebih dahulu dengan 5 dosen. Menyatukan fikiran 5
dosen, dosen A maunya ini tapi
dosen B maunya itu. Walau begitu, untuk revisi hanya memakan waktu normal 2
minggu. Tetapi saya memakan waktu revisi hingga 1 bulan dari tanggal 3 Juli. Apakah karena malas?
Mengapa bisa seperti itu? Jadi
,tanggal pendaftaran sidang disana dibagi beberapa periode, yaitu pada tanggal 17-19
Juli 2017 dan 4-6 Agustus 2017. Karna ada syarat daftar sidang yang tidak bisa
saya penuhi, yaitu mata kuliah wajib
harus sudah keluar semua nilainya. Nilai mata kuliah tersebut baru bisa keluar
paling cepat 28 Juli. Maka dari itu saya memilih mendaftar pada periode 4-6
Agustus, dimana periode tersebut adalah periode terakhir pendaftaran sidang
agar bisa wisuda September. Kalau tidak bisa, yasudah wassalam wisuda september
tinggal mimpi.
Mata kuliah tersebut adalah Bahasa
Indonesia dan Kewirausahaan, yaitu mata kuliah wajib semester 2 yang saya ambil
di semester 8. Tahun kemarin, nilai Kewirausaahn baru keluar tanggal 9 Agustus.
Kalau tahun keluar lagi pada tanggal yang sama, itu artinya saya tidak bisa
daftar sidang, artinya,saya tidak bisa wisuda September. Dan hal tersebut
menjadi ketakutan saya yang paling besar.Konyol jika saya ditanya,”hilman,
kenapa kamu gak wisuda,” jawabannya, “nilai KWU telat keluar bu!”
Akhirnya revisi skripsi sengaja saya selesaikan
pada tanggal 2 Agustus. Sementara belum ada tanda-tanda keluar nilai mata
kuliah Bahasa Indonesia dan Kewirausahaan. Akhirnya, saya pergi ke Fakultas
Sastra dan Ekonomi untuk menemui dosen pengampu mata kuliah tersebut. Dosen
tersebut sulit ditemui. Dengan terpaksa dosen tersebut saya teror lewat
Whats’Up pagi siang sore malam. Tapi singkat cerita, dengan teror yang panjang,
akhirnya nilai-nilai tersebut dapat keluar sebelum pendaftaran sidang ditutup, dan
akhirnya saya bisa mendaftar sidang. Terima kasih dosen Kewirausahaaan dan
dosen Bahasa Indonesia. Walaupun saya tidak pernah tau nama kalian,tapi jasa
kalian tak akan terlupa.
Masalah nilai sudah selesai, masalah
baru datang lagi. Masalah yang lebih kompleks, diluar dugaan, saya kira saya satu-satunya, ternyata saya
salah satunya. Salah satu pendaftar sidang dari 15 pendaftar. Dan masalahnya, dengan dosen yang sedikit harus menghadapi 15
mahasiswa dalam 6 hari kerja. 15 mahasiswa berarti terdapat 15 kali sidang
dalam 6 hari kerja. satu kali sidang memakan waktu 2 jam. 1 kali sidang
melibatkan 5 dosen, berbeda pada beberapa fakultas lainnya yang sidangnya
paling banyak 3 dosen. Padahal, dosen jurusan saya jumlahnya bisa dibilang
lebih sedikit dari fakultas lainnya.
Mendekati pendaftaran yudisium
seperti ini, semua menjadi ruwet.
Keruwetan yang paling besar, yaitu saat 15 mahasiswa harus memfiksasi jadwal 5
dosen dalam satu waktu pada 6 hari kerja.
Disini mulai kacau. Mahasiswa lainnya memplotkan dirinya sendiri, entah
sudah fix atau belum dosennya. Saya hampir saja tidak dapat mendapatkan jadwal.
Tapi alhamdulillah, saya mendapatkan jadwal hari selasa tanggal 8 Agustus pagi
pukul 8 pagi.
Disini kelihatan sekali beberapa mahasiswa yang
memikirkan dirinya masing-masing tanpa peduli apapun demi lulus september. Hubungan
antar dosen dan mahasiswa menjadi retak akibat beberapa mahasiswa yang
melanggar aturan dan memaksakan kehandak. Setelah saya menilai orang lain, lalu
saya bertanya pada diri saya sendiri. Ternyata saya juga merasa seperti itu,
egois termakan sama ego sendiri demi mengejar ambisi. Ego saya terlihat pada
saat memfiksasi Jadwal 5 dosen. Anggap namanya dosen A,B,C,D, dan E. Awalnya
jadwal saya selasa pagi pukul 8, saya sudah
konfirmasi dengan dosen B, tetapi jadwal tersebut saya ganti menjadi
siang jam 1 karena ada mahasiswa yang ingin bertukar jadwal. Karena ada
mahasiswa yang ingin bertukar jadwal dengan saya. Saya bilang ke dosen B “Maaf
pak , jadwalnya jadi siang karena ada yang mau tukeran jadwal,”
“ya ga apa”,kata dosen B datar.
Lalu saya bilang dengan dosen
A,C,D,E. Dosen C dan E menyanggupi jadwal siang, tapi dosen A dan D inginnya
pagi. Oke jadwalnya jadi pagi lagi.
Balik lagi ke dosen B, ”aduh pak maaf
sekali lagi, jadwalnya pindah ke pagi lagi”sambil senyum kecut
“yah ga apa” kata dosen B datar.
Lalu kembali saya ke dosen C dan E,
mereka juga menyanggupi jadwal pagi. Disini,
entah saya merasa memainkan dosen, saya merasa mementingkan diri sendiri.
Yah, saya sadar manusia hanya akan
memikirkan dirinya sendiri tak peduli lingkungan sekitarnya, tak peduli yang ia
lakukan benar atau salah saat dirinya dalam tekanan.
7 Agustus, saya menyerah!
Salah seorang teman berkata,”Dosen A
lagi gak mau diganggu mahasiswa, kalau mau sidang dengan beliau, harus berdua
sama mahasiswa,”
Saya tidak mau percaya kata-kata itu. Saya mencoba menemui dosen A, karna saya belum memberikan draft skripsi, beluai sulit ditemui tiap harinya. Dan pagi hari ini,saya berniat untuk menemuinya. Lalu? ZONK. Kata dari seorang kakak angkatan, beliau telah pulang lagi. Padahal waktu itu pagi hari pukul 08.00. Besok, saya harus sidang. Lalu draft skripsinya harus bagaimana?
Saya tidak mau percaya kata-kata itu. Saya mencoba menemui dosen A, karna saya belum memberikan draft skripsi, beluai sulit ditemui tiap harinya. Dan pagi hari ini,saya berniat untuk menemuinya. Lalu? ZONK. Kata dari seorang kakak angkatan, beliau telah pulang lagi. Padahal waktu itu pagi hari pukul 08.00. Besok, saya harus sidang. Lalu draft skripsinya harus bagaimana?
Saya keluarkan Handphone sekedar
untuk mewhats’UP Dosen A, “saya belum
menyerahkan draft sidang pak, pak ini baiknya seperti apa?”Saya whats up juga
dosen BCDE untuk mengingatkan ulang bahwa besok saya sidang. Jam demi jam
berlalu, Hingga akhirnya, Dosen A hanya menyisakan tanda checklist warna biru.
Tak ada balasan apa-apa. Dosen B,C telah
siap, Dosen E masih belum menjawab.
Sementara Dosen D, bertanya kepada saya, dan memulai percakapan.
Maknanya seperti ini.
“Apakah semua dosen telah siap?”
“Dosen A, saya masih ragu pak,” Jawab
saya
“ Lho gimana mas, anda suruh saya
nguji anda sendiri gak yakin,”
“menurut kabar dari mahasiswa, dosen
A ingin sidangnya berdua dengan mahasiswa (Quality time)”, Jawab saya yang
mulai mempercayai masukan dari teman, BTW, gak
ada quality timenya yah.
“Anda jangan seenaknya menyuruh tanpa
memikirkan konsekuensinya,perlu anda ketahui, jika 1 dosen tidak ada, maka anda
tidak bisa, melakukan komprehensif,bisa dipahami?”
Lalu saya membisu tidak membalas
dalam suatu dilema. Dosen A menginginkan quality time, sementara Dosen D
mengharuskan semua dosen hadir.
Beberapa saat, Handphone kembali
bergetar. Ada WA masuk dari dosen E.
“Jam segitu Saya kan menyidangkan
Anisa,Anak 2012”
Jengjengjreeenggggg! Dosen A gak ada
kabar, Dosen E sudah pasti tidak bisa. Saya ingin teriak sekencang-kencangnya.
Ada satu misteri yang membuat saya begitu emosional pada waktu itu, ”GIMANA
SIH! KATANYA KAK ANISA SIANG, KENAPA GAK
BILANG2 KALO JADWALNYA JADI PAGI!”
Saya ingin me WAnya, rasanya ingin
meluapkan emosi dengan kata-kata sarkas tidak peduli dia kakak angkatan ataupun
perempuan. Tapi diawali dengan sebuah
pertanyaan. “kak emang kakak jadwalnya besok pagi ya?” Tapi sepertinya nomornya
sedang gak aktif. Beberapa jam berlalu. Masih dalam sebuah tekanan, saya
mencoba menjernihkan fikiran. Apa jalan Terbaiknya? Yap,BUBARBUBAR! sidangnya
dibubarkan saja,haha. Iya sidangnya ditunda, terus kapan mau sidangnya? Ya
HABIS YUDISIUM. Kenapa enggak besoknya?
Enggak bisa, jadwalnya sudah penuh semua. Tidak ada kemungkinan semua dosen
dapat berkumpul dalam satu waktu dan tempat. Sebenernya saya bisa saja sidang
sebelum yudisium, dengan cara mampartisi
dosen-dosen ke beberapa jadwal. Tapi saya rasa kurang etis cara seperti itu.
Lagipula suasana waktu itu juga sedang kacau. Citra mahasiswa tugas akhir
sedang kurang baik akibat dari beberapa kasus.
Sedikit flash back. Saya teringat
waktu masih mahasiswa baru, target terbesar saya adalah lulus September 2017
dengan IPK minimal 3. Saya tulis target itu pada selembar kertas, saya
tempelkan di dinding ruang kosan“AYO! September 2017, jangan males woi.
Memang, lulus di bulan September menjadi
target, menjadi harapan terbesar saya. Tapi jika keadaanya seperti ini,
daripada citra mahasiswa tugas akhir semakin buruk, lebih baik saya mengalah
daripada dan mengundurkan diri dari tim wisuda september.
Oke,langkah selanjutnya, sehabis
magrib saya harus bermain ke sekretariat UKM, mengajak teman/saudara untuk
menemani saya. Saya ajak lewat BBM,
“Saya kayaknya gagal lulus september
deh Rin, kamu bisa gak ke Sekre gak ?Saya stress sendirian. Haha. Sekalian saya
bantuin rekap peserta buat SH Cup?” SH cup itu adalah kejuaraan pencak silat se
Jateng-DIY.
Lalu setelah di sekre,”Rin gimana nih
ya batalin ke dosen?saya bingung takut gak sopan, takut disangka mempermainkan
dosen, kira-kira gimana ya tulisannya”
“Wah, kalo soal WA dosen saya jagonya
mas, saya ajarin deh, yang penting tuh jago basa-basi.”
“Ah, saya paling gak bisa basa-basi.
Ini kamu yang ketikin aja” akhirnya saya serahkan Handphone saya,saya percayai
dia untuk menuliskan pesannya.
Setelah hampir 1 jam,
“Lama bener! Udah belum?”
“Ini mas udah, saya send ya?”
“Jangan, saya Liat dulu” Dan isinya seperti
ini,
Luar Biasa Merayu Kalimatnya. |
Lalu saya menanggapi,”ini kenapa...
gak ditambahin Love you aja sekalian rin, pas akhir-akhirnya gitu,”
Akhirnya saya sendiri yang mengetik
WA dengan kalimata sebaik-baiknya yang saya bisa. Tidak ada emoticion, tidak ada rayuan, tidak apa
basa-basi apa kabar pak, lagi ngapain pak
dan yang terpenting itu sesuai dengan EYD.
Akhirnya dosen tidak ada yang marah akibat pembatalan ini.
Ketika membantu rekapan SH Cup, ada
WA masuk dari Imam,teman satu angkatan. Ternyata berisi pesan suara, suaranya
Egi, dengan gayanya yang memang ada lucu-lucunya, tapi saya kurang paham bicara pakai bahasa apa,
sepertinya bahasa isyarat. Mereka sebelumnya tahu kalau saya gagal sidang. Singkatnya,
Imam saya ajak menginap di kosan saya agar rasa tertekan saya berkurang. Saya
pulang dari Sekretariat setelah membantu menyelesaikan rekapan SH Cup.
Di kosan, saya melihat WA masuk lagi.
Saya lihat WA dari kak yani, teman dari kak anissa.
“Hilman, ini Yani. Kamu bisa sidang
pagi, Anisa sidangnya jam 1”
“Lah kata dosen E kak anisa jam 8
pagi”
“Enggak kok siang”
Akhirnya saya paham, ternyata Dosen E
yang lupa jadwal. Hampir saja saya marah-marah kepada orang yang tidak salah apa-apa.
Hal itu terjadi sekitar 1 jam setelah saya membatalkan jadwal sidang. Saya
paham, sepertinya Allah tidak menghendaki saya lulus September.
Tapi dari hal tersebut, ada pelajaran yang bisa saya ambil.
Saya teringat waktu SMP, waktu itu
saya sedikit membaca buku kimia mengenai sifat bahan. Salah duanya adalah karet
dan kaca. Sifat karet yaitu elastis.
Sementara sifat kaca yaitu kaku. Contoh dari benda yang terbuat dari karet
yaitu bola basket. Bola basket, semakin
keras di banting, maka akan semakin tinggi melambung.
Contoh dari benda yang terbuat dari
kaca yaitu piring. Berbeda dengan bola basket, semakin keras piring di banting,
makan akan semakin kepingan-kepingan karena piring tersebut hancur.
Sama seperti manusia. Manusia pasti
pernah merasakan apa yang namanya ujian yang berat, jatuh dan sulit untuk
kembali lagi. Sama seperti apa yang saya alami saat ini.
Tapi manusia dapat memilih, apakah
dia ingin bersifat seperti karet, yang semakin keras ia terjatuh, maka akan
semakin tinggi tekad dia untuk menjadi lebih baik lagi. Atau seperti kaca, semakin keras dibanting, makan semakin
hancur tekad dia.
Wah gak terasa udah 8 lembar di microsoft word. Tapi
ceritanya juga belum selesai yah.
Oke sudah tidak mood lagi nulisnya. Langsung disingkat
aja. Besoknya, selasa pagi, saya jadi sidang sama Iska, rekan saya,di
Tranggulaasih pastinya. Tempat wisata yang sejuk. Pengujinya pohon dan
rerumputan.
Setelah itu, dibanding memikirkan
sidang, waktu yang saya lalui lebih
fokus pada kegiatan UKM. . Ke tempat latihan, berbagi ilmu pencak yang saya punya.
Teman-teman saya akhirnya yudisium.
Saya hanya bisa turut mengucapkan selamat kepada mereka. Walau saya masih belum ikhlas melihat
instagram, karna isinya pasti tentang
yudisium. Jadi saya lihat instagramnya, dengan mata tertutup. Sambil mengintip
sedikit pastinya.
Suasana yang kacau telah kembali
tenang. Akhirnya saya melaksanakan sidang yang sesunggugnya saat H-4 SH Cup.
Alhamdulillah saya dapat melewati sidang dengan nilai yang apa adanya. SH Cup
juga terlewat, dengan hasil ada apanya.
Beberapa minggu kemudian, acara yang
ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Wisudaan
September.
1 tahun yang lalu, 6 anak taruhan, “yang gak
lulus September, pake konde”. Wapi,imam, Raihan, mereka menang. Sementara saya,
Yunuz, dan kak ari si pembuat taruhan, yap, karena ceritanya disingkat, jadi
singkat cerita kami sebagai lelaki sejati yang menepati janjinya, menjadi
banci. Oke jangan bawa-bawa label pencak silat, karena pencak silat tidak punya
salah apa-apa.
Dan sialnya, teman pencak silat saya,
lewat! ”WAH Mas Hilman, cantik Banget!”
Akhirnya, foto bareng,sambil pasang silat.
Lebih parah dari itu, di Upload ke
instagram,di share ke grup Whats Up.
Dibalik senyum para manusia, ada seorang manusia yang menderita. Haha. |
“Man, besok mangkal dimana?”
“Kamu, berbakat memang man,”
“Sudah cantik, sayang lurus doang gak
ada isinya, ” dipuji teman UKM sendiri. Hahaha.
Mungkin ini kutukan buat saya, karena
saya membuat taruhan di kuburan ketika ada teman yang meninggal.
Jadi, sudah terjawab sedetail-detailnya
pertanyaan beberapa teman yang bertanya,”kenapa gak jadi sidang?”
Kalau ditanya, Jawaban singkatnya?
Karena dosennya lupa jadwal. Jawaban panjangnya? Butuh 10 halaman microsoft word untuk menjawabnya bro.
Kalau ditanya,”Hilman Sedih gak sih
gak jadi wisuda?”
Jawabannya,”kalau mau tau rasanya,
coba aja rasain punya nasib percis seperti gua, lu bakalan paham. Tapi rasanya
versi gua, sakit? iya awalnya memang sakit. Tapi setelah gue sidang, rasa sakit
berubah jadi lega. Apalagi pas wisuda, gue gak merasa iri mereka berhasil
wisuda. Waktu itu, emosi gue lebih fokus ke rasa nahan malu, karna pake kebaya.
Tapi setelah itu,gue merasa senang dan tenang. Gue rasa,gue ikhlas gagal
wisuda”
Iya, hari ini, alhamdulillah, saya sudah
bisa ikhlas.