jika menulis adalah sebuah Hobi, maka tak perlu alasan lagi mengapa saya menulis

Minggu, 22 Oktober 2017

Penyesalann Terbesar

“Komisariat PSHT Unsoed, banyak kenangan tercipta disana. Apa kenangan yang paling membekas di hati? Apakah pada saat saya bisa meraih prestasi? Bukan! Pada saat saya menjadi ketua umum PSHT Unsoed? Atau saat saya telah menjadi warga/pelatih?  Bukan juga.  Meraih prestasi, menjadi ketua umum ataupun menjadi warga adalah kenangan manis yang membekas. Tapi menurut perasaan saya, kenangan paling membekas ada dua, yang pertama pada saat saya berhasil mensahkan siswa menjadi warga baru. Dan yang kedua, terjadi pada saat saya masih siswa, tepatnya pada saat sabuk prapolos, menjadi satu-satunya kisah asmara saya di PSHT Unsoed, hehe.”

Disana, PSHT Unsoed saya temukan seseorang. Seseorang yang membuat saya dapat melupakan orang yang saya suka waktu SMA. Seseorang yang akhirnya pergi, dan tidak akan bisa saya miliki. Sebenarnya, saya belum dapat izin untuk bercerita hal ini padanya. Jadi saya inisial saja W. Kalau sudah mendapat izin, baru sebut nama panjangnya saja. Sebenernya sekarang (18 Agustus 2018) sudah tau deng orangnya.

Kisah berawal saat semester 1,  pada saat baru 2 bulan latihan di UKM PSHT. Pukul 19.30 tepat, saya menuju ke pendopo PKM tempat biasa saya latihan silat. Di pendopo itu kami berdiri sambil menunggu pelatih. Saya tengokan wajah saya  agak serong ke kanan, saya terfokus pada seorang wanita yang sedang terdiam di tengah keramaian. Pandangannya fokus ke depan. Parasnya cantik dan imut, membuat saya lama wajahnya. Saya bertanya dalam hati, siapa dia?

Saat sesi perkenalan, ternyata dia bernama W, siswa baru dari Ilmu gizi. Saya menyandang bahwa dia adalah siswa paling cantik waktu itu. Walaupun begitu, saya lupa dengan namanya karena waktu itu saya memang kurang peduli mendengar. Saya bertanya dalam hati, siapa dia, secepat itu pula saya luma dengan namanya.

Keesokan hari, saya membuka facebook, saya melihat ada permintaan pertemanan, dari W. Saya pernah mendengar nama ini, tapi saya kapan ya? Ketika saya buka dan lihat foto profilnya, oh ternyata dia adalah siswa baru itu.  Ternyata namanya W.
Hari demi hari terlewat hingga hari menemukan kami pada latihan berikutnya.Ketika selesai latihan kami memulai perbincangan untuk pertama kalinya. Waktu itu pukul 23.00, sekertariat menjadi saksi saat kami sedang mengambil tas dan berpapasan, lalu dia berkata:
“Hilman, kamu dari fisika ya?”
“Iya. Kenapa?” 
“Gak apa, oya hilman aku tadi SMS kamu pas sore”
“Oh ya? HP gua di kosan jadi belum sempet cek deh”
Dari cara tutur kata bicaranya, saya simpulkan bahwa ia merupakan sosok yang lemah lembut, dengan senyum yang manis. Seseorang yang relatif pendiam jika dalam keramaian.
Dia bergegas pulang sendirian dengan jalan kaki. Sebenernya saya ingin mengantarnya dengan motor saya, tapi saya sangat ragu untuk mengatakan hal tersebut. Saya hanya bisa memandangnya dari teras sektretariat ketika dia berjalan kaki. Tiba-tiba saudara saya, Pipit  sambil tersenyum jahat berkata pada saya,
“Hilman, ngeliatin W mulu”
“Hah! Enggak!”
“W! Bareng sama Hilman!” Pipit memanggil W. Sialan
Akhirnya W mau saya antarkan pulang. Dagdigdugdagdigdug tetapi senang. Di tengah perjalanan, saya berinisiatif membuka perbincangan.
“W,  asalnya dari mana?”
“Dari Pekalongan, sebenernya sih di Batang,sebelahan sama Pekalongan.  Cuma orang-orang kurang tau batang  itu daerah mana,makanya aku bilang di Pekalongan,” W berbicara khas dengan logat Jawanya.  Perbincangan sekitar 10 menit di atas motor pun selesai di depan kosannya.

Besok hari saya melihat layar facebook, saya lihat W sedang Online. Saya ingat bahwa ia pernah berkata bahwa ia pernah SMS saya, tapi di Hp tidak ada pesan masuk. Penasaran dengan isi SMSnya, saya buka percakapan dia? Perbincangan berjalan cepat, dia membalas kurang dari semenit. Sementara saya juga demikian. Dari perbincangan tersebut menghasilkan nomor handphonenya yang catat di HP, begitupun dia. LAMPU HIJAU DARI CEWEK CANTIK MEN!

Setelah kejadian tersebut, kami sering berkomunikasi lewat SMS, Facebook, maupun pada saat latihan. Seringkali dia memulai komunikasi lewat SMS atau Facebook dahulu. Kami saling balas membalas cepat.  Dan kamipun, berangkat dan pulang latihan selalu bersama. Sebuah hal yang membuat saya merasa dekat dengannya. Begitupun para pelatih maupun siswa-siswa.
Respon  timbal balik dengannya begitu positif. Dia sering menekan tombol like di status facebook saya, sayapun melakukan demikian. Entah saya menjadi satu-satunya atau salah satunya. Tetapi, saya merasa dia tertarik dengan saya, saya rasa diapun tahu bahwa saya merasa tertarik dengannya. Sedikit demi sedikt, isi fikiran saya perlahan berubah dari seseorang, ke seseorang lainna,  walau tak sepenuhnya.
Waktu berjalan hingga kedekatan kami sampai puncak. Siang menuju waktu sore. Dinding facebook menjadi saksinya,
“Lagi apa?” Saya inisiatif mengirim chat.
“Lagi chat aja sama Hilman. Hilman lagi apa?”
(SKIP)
“W suka nonton film gak?”
“tergantug filmnya dong”
“Lu biasanya suka nonton apa?”
“Pokok’a bukan horor sma robot”
“Film sekarang yang seru apa aja?”
“kmrn aku udh nntn 99 chy d eropa cuman br part 1. yg keren film soekarno,, trus laskar pelangi2 (edensor) sm kt.a tenggelamnya kapal van der wijc tp g tw tuh nakutin apa engga”
“film animasi ada ga?” saya bertanya film animasi
“Hobbit tuh, kayanya ada film animasinya”
“Nonton yuk” Saya mengajak  dia menonton, dan berharap dia menerima ajakan saya.
“Boleh”
(SKIP)
Intinya dengan basa-basi diawalnya, akhirnya kami menentukan jadwal kapan kami menonton film di layar lebar. Film tersebut berjudul The Hobbit: The desolation Of Smaug.



4 Januari 2014. Sore itu, kami berdua menuju bioskop rajawali.  Hingga sampai di parkirannya.
“Hilman motornya taruh di tempat yang ada atapnya aja, nanti ujan helmnya basah”, Tepat di parkiran Bioskop
“Disini aja”, Jawab saya singkat
Dalam bioskop, sebelum film The hobbit dimulai, kami saling menatap dan tersenyum dalam perbincangan ringan layaknya manusia yang baru mengenal cinta. Terlihat dia lebih cantik dari biasanya, ya dia sedang cantik-cantiknya. Hari ini, saya tidak lagi memandangnya diam-diam seperti pertama kali saya melihatnya, karna kami saling memandang satu sama lain. Saya tidak ingin menyudahi pembicaraan. Saya ingin menatap dia berbicara dengan senyumnya lebih lama lagi, tetapi film segera dimulai.
Saya tidak terlalu mengerti dengan film tersebut. Film tersebut juga berakhir menggantung ceritanya. Ternyata film tersebut merupakan film ke 2 dari trilogi filmnya.
Film berakhir dengan naga terbang, tapi bukan ala Indosiar. Kami keluar dari pintu bioskop untuk menyegerakan pulang. Ternyata sore telah terlewat, dan waktu memasuki magrib. Terlihat genangan-genangan air hujan. Ternyata hujan turun ketika kami di sedang menikmati film. Sekarang hujan sudah reda, tetapi sisa hujan membekas di helm kami.
“Tuhkan ”  Dia melihat helmnya yang terlanjur basah. Terpaksa kami bergegas berkendara dengan helm, air dan rambut menjadi satu. Kami  bergegas menuju masjid  Mafaza untuk melaksankan sholat magrib. Setelah selesai sholat, saya menuju tempat perempuan.  Disana, dia telah termenung menunggu saya. Saya memandang dia begitu lama. Hati saya merasa tersentuh melihatnya.
“Ayuk” Saya panggil dia dengan senyum yang ditahan.
“Makan yuk”
“Boleh, dimana?”
Malam ini dingin dengan perut yang sudah keroncongan, akhirnya kami memutuskan ke tempat makan favorit anak kos, burjo.  Di lihat dari raut wajahnya, sepertinya dia bukan orang yang biasa makan di burjo. Kami berbincang tentang tempat makan favorit, dan memang  ternyata selera lidah kita hampir sama, yang membedakan  kalau saya siap makan dimana saja.
Waktu berjalan begitu singkat, padahal banyak hal yang telah kami lewati. Waktu memaksa kami untuk menuju ke teras kosannya Disana, sebelum saya pulang, kami berbicara singkat.
“Hei...”
“Iya....”
Saya terdiam untuk sementara. Malam itu di depan teras kosnya,  suasana begitu sepi. Saat itu, adalah kesempatan terbesar, untuk mengikatnya menjadi milik saya. Menggenggamnya hingga waktu yang entah sampai kapan. Namun, hati saya berkata, saya masih berharap untuk mendapatkan seseorang yang saya sebut cinta pertama. Seseorang yang pernah menyentuh dasar hati, dia adalah teman SMA saya.  Lagipula dari awal niatnya bermain denganya hanya sebatas teman.
“Gajadi, Gue balik dulu ya”
“Oh iya, makasih ya, hati-hati,  hilman.”

Tidak terjadi apapun malam itu. Saya telah menyukainya, tetapi saya belum yakin untuk mengatakan rasa ingin memiliki. Saya takut jika hati saya masih berharap dengan yang lainnya . Malam itu terlewat dengan sia-sia. Saya kembali ke kosan, lalu tertidur pulas.

Hari demi hari berlalu, saya yang sedang santai dalam beranda Facebook.
“Apa kabar man?” Tanpa angin dan badai, seseorang yang spesial mengirim SMS saya lewat Facebook.
“Baik, **** Apa  kabar?”
Pesan demi pesan saya balas dengan begitu antusias. Dia bukan W, dia adalah First Love. Harapan saya kepadanya untuk memilikinya yang sudah luncur, tiba-tiba pulih dengan hitungan detik.Haha.
Akibat dari kejadian itu, perlahan keseriusan kepada W mulai memudar.  
Namun sikap saya seperti mendapatkan akibat. Di malam latihan itu, saya merasa sikapnya tidak seperti biasanya. Dia mulai menjauh dari saya. Semua hal tersebut memunculkan pertanyaan dari hati saya,”Mengapa sikapnya berubah?” 

Liburan semesterpun tiba, saya pulang ke rumah sekitar 1 setengah  bulan. W yang dahulu ramah,sekarang terasa berbeda. Di balik selimut, saya setia menunggu balasan darinya SMS darinya. Resah begitu terasa menunggu balasan SMS yang sebelumnya semenit sekali menjadi lebih dari sejam sekali. Tiap terdengar nada dering SMS masuk, secepat kilat saya buka HP saya. Resah berubah menjadi rasa lega, saat dia membalas SMS saya. Namun sangat menyebalkan ketika orang lain apalagi operator.
 Di Facebook, saya habiskan waktu saya untuk menunggu pemberitahuan “W Menyukai Status Anda” sambil beruring seperti orang sakit.
Ingin saya katakan,”Kenapa berubah? Saya menginginkannya yang ramah seperti kemarin.Saya bertanya dalam hati,”Apakah dia teringat kembali pada cinta pertamanya?  Atau karena ada orang lain? Atau karena saya yang membosankan dan begitu dingin?”
Lebih dari sebulan liburan di Jakarta, kehidupan saya dihabisi dengan menguring di kasur karena ada satu pertanyaan yang takut saya tanyakan, ”Lu suka sama gua gak sih?”. Seringkali teman saya mengajak saya bermain Playstation, tetapi 80% dari ajakan tersebut saya tolak.  Seseorang yang saya fikirkan,  yaitu ia.
First love yang pernah datang bertanya kabar, kini hilang kembali entah kemana. Tetapi saya hanpir tidak memikirkan tentang dia lagi. Hampir 100% fikiran saya beralih memikirkan seseorang yang saya kenal lewat latihan  pencak silat.
Liburan berakhir, di Jakarta begitu merindukannya, tetapi mengapa setelah saya kembali ke Purwokerto, untuk ketemu W menjadi ragu. Sepertinya saya tidak bisa seperti dahulu, seperti pertama bertemu. Rasa risih untuk bertemu, sudah membayangi kepala.
Jok motor bagian belakang sudah tidak pernah terisi lagi olehnya ketika pergi maupun pulang latihan. Kini, kami menjauh satu-sama lain. Namun aku berharap dia mendekat. Apakah dia juga berharap sebaliknya?
Hari berjalan hingga sampai dimana ia tidak pernah saya pandang lagi. Dia berhenti dari latihan  PSHT. Saya juga ingin berhenti latihan saja. .
Waktu berjalan hingga pada minggu fajar itu. Minggu pagi ini, ada latihan wajib pagi. Badan begitu lemas dan kantuk masih menyelimuti mata. Bolos latihan lalu melanjutkan tidur adalah jalan terbaik. Namun sebelum melanjutkan tidur, saya buka laptop sekedar iseng-iseng membuka Facebook.
Dan “Jeder!”  Suara apa itu? Seperti suara geledek, tapi geledeknya datangnya dari jantung saya sendiri. Hari itu “nyelekit” sekali. Di beranda facebook itu muncul “W berpacaran dengan seseorang”. Seolah percaya tidak percaya, seketika jantung memompa darah seolah lebih cepat. Rasa kantuk menghilang dalam hitungan detik. Terdiam dan sepertinya sangat buruk untuk tetap berada di balik selimut. Lebih baik saya latihan pagi ini. Mengurangi beban pagi ini.
Sekaran jelas kenapa dia berubah. Semula dia yang hangat, selalu jadi orang yg pertama memulai chat, lalu beruba seketika menjadi oran yang digin. Jika saya berkata,”W hanya sekedar teman biasa. Saya masih mencintai First Love,” Maka saya telah berbohong karena kenyataanya saya telah berpindah hati. Dia, yang telah membuat saya bisa melupakan yang seseorang yang spesial.
“W, ingin saya bercerita banyak. Mengapa tidak saya tembak saja kamu ketika malam itu di depan teras kosanmu, ketika dia sedang cantik-cantiknya. Mengapa begitu bodohnya masih berharap cinta pertama kalau dia itu ada dimata hanya sementara. Dia orang yang pertama kali saya ajak menonton. Sekarang hanya tersisa dua  tiket bioskop bekas kita menonton film tersebut yang saya simpan sampai orang lain mendapatkanya. Kupandang 2 tiket tersebut, terasa begitu menyakitkan. Dengan nafas panjang, saya sobek kedua tiket tersebut lalu kubuangnya ke dalam plastik sampah.
Mungkin first love adalah orang yang paling dalam menyentuh hati. Namun dia dapat menggantikannya, sebelum menjadi penyesalan tersebesar.”

Rasa sakit yang saya alami tidak membuat saya terjatuh, justru membuat saya terpecut berusaha menjadi lebih baik lagi.  Terutama di UKM PSHT Unsoed, tempat pertama kali kami bertemu. Rasa malas untuk latihan hilang. Penyebab mengapa saya bisa menjadi atlet, warga ataupun pelatih tidak terlepas darinya. Saya senang ketika waktu sabuk polos lalu dapat juara 1, lalu dia mengetahuinya dan memberi ucapan selamat walau hanya via Facebook. Saya ingin katakan, “bukan karna gue hebat, tetapi karena peran lu jadian sama yang lain yang buat gua terpecut.”

Hal menyesakkan tersebut berlalu. hari demi hari, Harapan saya kepada W sudah hilang. Sekarang, bahkan saya hampir tidak pernah memikirkannya. Sekarang dia sudah tidak kuliah di Unsoed lagi, melainkan pindah ke STAN, daerah Bintaro. . Saya ingat, hari ini tanggal 22 Oktober, tanggal W lahir dan saya akan ucapkan,”selamat ulang tahun ya” di Pesan Facebooknya..

Dahulu, saya kira saya tidak bisa melupakan first love. Tapi, dari kejadian ini, saya sadar kalau hati bisa dengan mudah terbolak-balik. Saya yakin bisa menyukai orang lagi. Belajar tidak melakukan hal ceroboh lagi, menyia-nyiakan  kesempatan dan menjadikan hal tersebut penyesalan terbesar Mungkin suatu saat, saya akan meminta persetujuaan untuk menaruh namanya disini, di tulisan ini jika saya siap.  Agar tidak menjadi sekedar inisial saja.

Saya ada sedikit PUISI tentang masa lalu kedihupan itu, hehe
has been Deleted



Share:

Sabtu, 14 Oktober 2017

puisi musik ISTIKHARAH cinta

Share:

Sabtu, 07 Oktober 2017

Tugas Akhir II: Jadi Karet atau Kaca?

INTRO:
“September 2016, Salem,Brebes, Jawa Tengah. Menempuh sekitar 2 jam perjalanan dari Purwokerto menggunakan motor. Disana, puluhan manusia  sedang berduka. Iya, teman sekelas saya di bangku perkuliahan yang bernama Alga, meninggal  dunia. Bunga-bunga bertebaran di makamnya bersama doa. Beberapa teman dan juga sanak keluarga almarhum meneteskan air mata.
Lain dengan saya dan Kak Ari si angkatan 2011(2 tahun lebih tua dari saya). Di saat orang-orang sedang berdoa bersama, saya dan Ka Ari sedang berbincang pelan-pelan pada radius sekitar 5 meter dari kuburan Almarhum. Kami berbincang masalah rencana Tugas Akhir, mau mengambil judul apa, lalu merembet  target wisuda. Dan setelah sekian lama, dengan basa-basi busuknya, dia mengajak saya ikutan taruhan,
“Man,Lu mau gak ikutan, Jadi gua, Yunus,Wapi,Imam,sama Raihan kita udah buat perjajian. Cuma sebagai motivasi aja sih buat ngerjain skripsi. Jadi nih, kita buat target lulus September (2017), kalo misalnya ada dari kita yang gak lulus september(2017). Nanti yang gak wisuda kasih selamet buat yang wisuda sambil pake konde.Trus di dandanin pake kebaya.Ayo man, buat seru-seruan aja”
Lalu saya terdiam sesaat sambil berfikir. Awalnya ragu, tapi kalau difikir-fikir bisa juga sih buat motivasi. Dan akhirnya,
“Ayok!”
“Serius Nih! Deal ya!”sambil berjabat tangan.
“Ya!”
“OKEEE!”
SEPTEMBER 2017, Demi toga dikepala, saya akan berjuang Habis-habisan! Atau bakalan habis gara-gara pakai kebaya!


Sekarang. 4 Oktober 2017, Di kampung halaman, bersama butiran pie yang siap untuk disantap. Telah selesai Tugas Akhir 2 beserta perkuliahan. Di kampung ini, saya berniat untuk mencari kerja, tapi mungkin mulainya senin besok.  Sambil mengisi waktu yang kosong,  dan mood saya bagus,  saya ingin melanjutkan passion menulis saya, yaitu melanjutkan cerita dari Tugas Akhir I. Sebuah cerita yang berakhir pada Seminar Hasil.
Saya akan ceritakan, mungkin lebih tepatnya mengkronologikan semuanya secara rinci dan detail, mungkin akan menghabiskan berlembar-lembar halaman di microsoft word. Yasudah kita mulai aja, Keburu gak mood lagi.

Sehabis lebaran. Cerita dimulai dari waktu itu. Waktu itu,kondisi psikologis atau entah apa namanya, sedang dalam kondisi kritis. Karna waktu seminar hasil,  terjadi hal yang di luar dugaan. Saya di kritik habis oleh dosen. Pura-pura stay cool, walau mata sudah resah menutupi kegalauan, kegundahan, kerisauan, entahlah itu. Semua karena konsep fisika di skripsi saya yang masih kurang . Saya juga terkesan terburu-buru “Mau cepet-cepet wisuda” di mata dosen. Mungkin ini akibat saya yang terlalu meremehkan  “TUGAS AKHIR 1 cuma 3 SKS” dari 144 SKS.  Akh bodo amat!

JULI 2017, Saya menyukai sunyi, tapi dapat asyik sendiri. Saya merasakan sunyi yang sebenarnya, saat dalam sepi dan tertekan.
Waktu di kampung halaman, saya merasakan kegabutan yang tidak biasa. Saya mengeram di kamar, pagi memulai tidur sampai siang, lalu bangun makan siang, dilanjutkan tidur lagi sampai sore. Malam hari saya melakukan aktivitas sampai pukul 03.00. Apa yang saya kerjakan? Nonton youtube, nonton masha & the bear, Spongebob, Shaun The Sheep, lalu kalau sudah bosan bermain PS GTA san Andreas, di game itu, saya bebas pukulin orang, ngebunuh orang, orang lagi asyik bermain sepeda, saya tembak dengan Sniper kepalanya. Ke kantor polisi hanya untuk melempar bom, lalu 2 orang sedang bergandeng tangan, mungkin sedang merasakan cinta yang bersemi, lalu ada saya dari jarak sekitar5 meter. Lalu saya tembak pakai bazoka kedua tangan yang bergandengan tersebut, faedahnya dimana? Tidak ada.  
itu saja yang saya lakukan sampai tanggal 3 Juli 2017. Semalas- malasnya kebo, kebo juga kerja membajak sawah. Kalau dibanding saya, kebo lebih menang rajin.
Demi  kembali produktif, tanggal  3 Juli 2017, saya memutuskan untuk kembali ke Purwokerto meninggalkan kampung halaman yang padahal saya sendiri ingin lebih lama disana karena kenyamanannya. Di Purwokerto sendiri, nyatanya saya tidak melakukan apa-apa.  Saya memandang, jalanan di Purwokerto sangat lengang, mungkin bisa jadi lahan selfie sambil ngeroll. Burjo Langganan juga belum buka, mahasiswa masih pada di kampungnya masing-masing.  Purowkerto lebih dingin tidak seperti biasa. Atmosfernya mempengaruhi emosi saya.
 Saya merasakan rasa sunyi yang sebenarnya. Sebenernya saya menyukai suasana sunyi, tapi bisa asyik sendiri dengan apa yang saya kerjakan. Berbeda dengan suasana begitu sepi dan merasakan rasa tertekan. Suasana sepi dan berada pada rasa tertekan, itulah sunyi yang sebenarnya. Saya merasa kehilangan motivasi untuk revisi skripsi. Berbeda waktu sebelum Seminar Hasil yang begitu  berapi-api. Pada akhirnya terbakar api sendiri. Dan akhirnya keadaan berkata, saya harus berada pada keramaian, yaitu bermain bersama teman-teman.
Ada satu tahap lagi setelah kita melewati Seminar Hasil, yaitu sidang. Sidang sendiri terdiri dari ujian Skripsi dan komprehensif. Jadi setelah sidang, baru bisa yudisium(peresmian kelulusan) lalu wisuda(perayaan kelulusan).

Agustus 2017, Semua mulai kompleks.
Jadi untuk bisa daftar sidang, saya harus revisi skripsi terlebih dahulu dengan 5 dosen. Menyatukan fikiran 5 dosen, dosen A maunya  ini tapi dosen  B maunya itu. Walau begitu,  untuk revisi hanya memakan waktu normal 2 minggu. Tetapi saya memakan waktu revisi hingga 1 bulan dari tanggal 3 Juli.  Apakah karena malas?
Mengapa bisa seperti itu? Jadi ,tanggal pendaftaran sidang disana dibagi beberapa periode, yaitu pada tanggal 17-19 Juli 2017 dan 4-6 Agustus 2017. Karna ada syarat daftar sidang yang tidak bisa saya penuhi, yaitu  mata kuliah wajib harus sudah keluar semua nilainya. Nilai mata kuliah tersebut baru bisa keluar paling cepat 28 Juli. Maka dari itu saya memilih mendaftar pada periode 4-6 Agustus, dimana periode tersebut adalah periode terakhir pendaftaran sidang agar bisa wisuda September. Kalau tidak bisa, yasudah wassalam wisuda september tinggal mimpi.
Mata kuliah tersebut adalah Bahasa Indonesia dan Kewirausahaan, yaitu mata kuliah wajib semester 2 yang saya ambil di semester 8. Tahun kemarin, nilai Kewirausaahn baru keluar tanggal 9 Agustus. Kalau tahun keluar lagi pada tanggal yang sama, itu artinya saya tidak bisa daftar sidang, artinya,saya tidak bisa wisuda September. Dan hal tersebut menjadi ketakutan saya yang paling besar.Konyol jika saya ditanya,”hilman, kenapa kamu gak wisuda,” jawabannya, “nilai KWU telat keluar bu!”
Akhirnya revisi skripsi sengaja saya selesaikan pada tanggal 2 Agustus. Sementara belum ada tanda-tanda keluar nilai mata kuliah Bahasa Indonesia dan Kewirausahaan. Akhirnya, saya pergi ke Fakultas Sastra dan Ekonomi untuk menemui dosen pengampu mata kuliah tersebut. Dosen tersebut sulit ditemui. Dengan terpaksa dosen tersebut saya teror lewat Whats’Up pagi siang sore malam. Tapi singkat cerita, dengan teror yang panjang, akhirnya nilai-nilai tersebut dapat keluar sebelum pendaftaran sidang ditutup, dan akhirnya saya bisa mendaftar sidang. Terima kasih dosen Kewirausahaaan dan dosen Bahasa Indonesia. Walaupun saya tidak pernah tau nama kalian,tapi jasa kalian tak akan terlupa.
Masalah nilai sudah selesai, masalah baru datang lagi. Masalah yang lebih kompleks, diluar dugaan,  saya kira saya satu-satunya, ternyata saya salah satunya. Salah satu pendaftar sidang dari 15 pendaftar. Dan masalahnya,  dengan dosen yang sedikit harus menghadapi 15 mahasiswa dalam 6 hari kerja. 15 mahasiswa berarti terdapat 15 kali sidang dalam 6 hari kerja. satu kali sidang memakan waktu 2 jam. 1 kali sidang melibatkan 5 dosen, berbeda pada beberapa fakultas lainnya yang sidangnya paling banyak 3 dosen. Padahal, dosen jurusan saya jumlahnya bisa dibilang lebih sedikit dari fakultas lainnya.
Mendekati pendaftaran yudisium seperti ini,  semua menjadi ruwet. Keruwetan yang paling besar, yaitu saat 15 mahasiswa harus memfiksasi jadwal 5 dosen dalam satu waktu pada 6 hari kerja.  Disini mulai kacau. Mahasiswa lainnya memplotkan dirinya sendiri, entah sudah fix atau belum dosennya. Saya hampir saja tidak dapat mendapatkan jadwal. Tapi alhamdulillah, saya mendapatkan jadwal hari selasa tanggal 8 Agustus pagi pukul 8 pagi.
Disini  kelihatan sekali beberapa mahasiswa yang memikirkan dirinya masing-masing tanpa peduli apapun demi lulus september. Hubungan antar dosen dan mahasiswa menjadi retak akibat beberapa mahasiswa yang melanggar aturan dan memaksakan kehandak. Setelah saya menilai orang lain, lalu saya bertanya pada diri saya sendiri. Ternyata saya juga merasa seperti itu, egois termakan sama ego sendiri demi mengejar ambisi. Ego saya terlihat pada saat memfiksasi Jadwal 5 dosen. Anggap namanya dosen A,B,C,D, dan E. Awalnya jadwal saya selasa pagi pukul 8, saya sudah  konfirmasi dengan dosen B, tetapi jadwal tersebut saya ganti menjadi siang jam 1 karena ada mahasiswa yang ingin bertukar jadwal. Karena ada mahasiswa yang ingin bertukar jadwal dengan saya. Saya bilang ke dosen B “Maaf pak , jadwalnya jadi siang karena ada yang mau tukeran jadwal,”
“ya ga apa”,kata dosen B datar.
Lalu saya bilang dengan dosen A,C,D,E. Dosen C dan E menyanggupi jadwal siang, tapi dosen A dan D inginnya pagi. Oke jadwalnya jadi pagi lagi.
Balik lagi ke dosen B, ”aduh pak maaf sekali lagi, jadwalnya pindah ke pagi lagi”sambil senyum kecut
“yah ga apa” kata dosen B  datar.
Lalu kembali saya ke dosen C dan E, mereka juga menyanggupi jadwal pagi.  Disini, entah saya merasa memainkan dosen, saya merasa mementingkan diri sendiri.
Yah, saya sadar manusia hanya akan memikirkan dirinya sendiri tak peduli lingkungan sekitarnya, tak peduli yang ia lakukan benar atau salah saat dirinya dalam tekanan.

7 Agustus, saya menyerah!
Salah seorang teman berkata,”Dosen A lagi gak mau diganggu mahasiswa, kalau mau sidang dengan beliau, harus berdua sama mahasiswa,”
Saya tidak mau percaya kata-kata itu. Saya mencoba menemui dosen A, karna saya belum memberikan draft skripsi, beluai sulit ditemui tiap harinya. Dan pagi hari ini,saya berniat untuk menemuinya. Lalu? ZONK. Kata dari seorang kakak angkatan, beliau telah pulang lagi. Padahal waktu itu pagi hari pukul 08.00.  Besok, saya  harus sidang. Lalu draft skripsinya harus bagaimana?
Saya keluarkan Handphone sekedar untuk mewhats’UP Dosen A, “saya belum menyerahkan draft sidang pak, pak ini baiknya seperti apa?”Saya whats up juga dosen BCDE untuk mengingatkan ulang bahwa besok saya sidang. Jam demi jam berlalu, Hingga akhirnya, Dosen A hanya menyisakan tanda checklist warna biru. Tak ada balasan apa-apa. Dosen B,C  telah siap, Dosen E masih belum menjawab.  Sementara Dosen D, bertanya kepada saya, dan memulai percakapan. Maknanya seperti ini.
“Apakah semua dosen telah siap?”
“Dosen A, saya masih ragu pak,” Jawab saya
“ Lho gimana mas, anda suruh saya nguji anda sendiri gak yakin,”
“menurut kabar dari mahasiswa, dosen A ingin sidangnya berdua dengan mahasiswa (Quality time)”, Jawab saya yang mulai mempercayai masukan dari teman, BTW, gak  ada quality timenya yah.
“Anda jangan seenaknya menyuruh tanpa memikirkan konsekuensinya,perlu anda ketahui, jika 1 dosen tidak ada, maka anda tidak bisa, melakukan komprehensif,bisa dipahami?”
Lalu saya membisu tidak membalas dalam suatu dilema. Dosen A menginginkan quality time, sementara Dosen D mengharuskan semua dosen hadir.
Beberapa saat, Handphone kembali bergetar. Ada WA masuk dari dosen E.
“Jam segitu Saya kan menyidangkan Anisa,Anak 2012”
Jengjengjreeenggggg! Dosen A gak ada kabar, Dosen E sudah pasti tidak bisa. Saya ingin teriak sekencang-kencangnya. Ada satu misteri yang membuat saya begitu emosional pada waktu itu, ”GIMANA SIH!  KATANYA KAK ANISA SIANG, KENAPA GAK BILANG2 KALO JADWALNYA JADI PAGI!”
Saya ingin me WAnya, rasanya ingin meluapkan emosi dengan kata-kata sarkas tidak peduli dia kakak angkatan ataupun perempuan. Tapi  diawali dengan sebuah pertanyaan. “kak emang kakak jadwalnya besok pagi ya?” Tapi sepertinya nomornya sedang gak aktif. Beberapa jam berlalu. Masih dalam sebuah tekanan, saya mencoba menjernihkan fikiran. Apa jalan Terbaiknya? Yap,BUBARBUBAR! sidangnya dibubarkan saja,haha. Iya sidangnya ditunda, terus kapan mau sidangnya? Ya HABIS YUDISIUM.  Kenapa enggak besoknya? Enggak bisa, jadwalnya sudah penuh semua. Tidak ada kemungkinan semua dosen dapat berkumpul dalam satu waktu dan tempat. Sebenernya saya bisa saja sidang sebelum yudisium, dengan cara mampartisi dosen-dosen ke beberapa jadwal. Tapi saya rasa kurang etis cara seperti itu. Lagipula suasana waktu itu juga sedang kacau. Citra mahasiswa tugas akhir sedang kurang baik akibat dari beberapa kasus.
Sedikit flash back. Saya teringat waktu masih mahasiswa baru, target terbesar saya adalah lulus September 2017 dengan IPK minimal 3. Saya tulis target itu pada selembar kertas, saya tempelkan di dinding ruang kosan“AYO! September 2017, jangan males woi.
 Memang, lulus di bulan September menjadi target, menjadi harapan terbesar saya. Tapi jika keadaanya seperti ini, daripada citra mahasiswa tugas akhir semakin buruk, lebih baik saya mengalah daripada dan mengundurkan diri dari tim wisuda september.
Oke,langkah selanjutnya, sehabis magrib saya harus bermain ke sekretariat UKM, mengajak teman/saudara untuk menemani saya. Saya ajak lewat BBM,
“Saya kayaknya gagal lulus september deh Rin, kamu bisa gak ke Sekre gak ?Saya stress sendirian. Haha. Sekalian saya bantuin rekap peserta buat SH Cup?” SH cup itu adalah kejuaraan pencak silat se Jateng-DIY.
Lalu setelah di sekre,”Rin gimana nih ya batalin ke dosen?saya bingung takut gak sopan, takut disangka mempermainkan dosen, kira-kira gimana ya tulisannya”
“Wah, kalo soal WA dosen saya jagonya mas, saya ajarin deh, yang penting tuh jago basa-basi.”
“Ah, saya paling gak bisa basa-basi. Ini kamu yang ketikin aja” akhirnya saya serahkan Handphone saya,saya percayai dia untuk menuliskan pesannya.
Setelah hampir 1 jam,
“Lama bener! Udah belum?”
“Ini mas udah, saya send ya?”
“Jangan, saya Liat dulu” Dan isinya seperti ini,
Luar Biasa Merayu Kalimatnya.
Lalu saya menanggapi,”ini kenapa... gak ditambahin Love you aja sekalian rin, pas akhir-akhirnya gitu,”
Akhirnya saya sendiri yang mengetik WA dengan kalimata sebaik-baiknya yang saya bisa. Tidak ada emoticion, tidak ada rayuan, tidak apa basa-basi apa kabar pak, lagi ngapain pak dan yang terpenting itu sesuai dengan EYD.  Akhirnya dosen tidak ada yang marah akibat pembatalan ini.
Ketika membantu rekapan SH Cup, ada WA masuk dari Imam,teman satu angkatan. Ternyata berisi pesan suara, suaranya Egi, dengan gayanya yang memang ada lucu-lucunya, tapi  saya kurang paham bicara pakai bahasa apa, sepertinya bahasa isyarat. Mereka sebelumnya tahu kalau saya gagal sidang. Singkatnya, Imam saya ajak menginap di kosan saya agar rasa tertekan saya berkurang. Saya pulang dari Sekretariat setelah membantu menyelesaikan rekapan SH Cup.
Di kosan, saya melihat WA masuk lagi. Saya lihat WA dari kak yani, teman dari kak anissa.
“Hilman, ini Yani. Kamu bisa sidang pagi,  Anisa sidangnya jam 1”
“Lah kata dosen E kak anisa jam 8 pagi”
“Enggak kok  siang”
Akhirnya saya paham, ternyata Dosen E yang lupa jadwal. Hampir saja saya marah-marah kepada orang yang tidak salah apa-apa. Hal itu terjadi sekitar 1 jam setelah saya membatalkan jadwal sidang. Saya paham, sepertinya Allah tidak menghendaki saya lulus September.

Tapi dari hal tersebut, ada pelajaran yang bisa saya ambil.
Saya teringat waktu SMP, waktu itu saya sedikit membaca buku kimia mengenai sifat bahan. Salah duanya adalah karet dan kaca.  Sifat karet yaitu elastis. Sementara sifat kaca yaitu kaku. Contoh dari benda yang terbuat dari karet yaitu bola basket.  Bola basket, semakin keras di banting, maka akan semakin tinggi melambung.  
Contoh dari benda yang terbuat dari kaca yaitu piring. Berbeda dengan bola basket, semakin keras piring di banting, makan akan semakin kepingan-kepingan karena piring tersebut hancur.
Sama seperti manusia. Manusia pasti pernah merasakan apa yang namanya ujian yang berat, jatuh dan sulit untuk kembali lagi. Sama seperti apa yang saya alami saat ini. 
Tapi manusia dapat memilih, apakah dia ingin bersifat seperti karet, yang semakin keras ia terjatuh, maka akan semakin tinggi tekad dia untuk menjadi lebih baik lagi. Atau seperti  kaca, semakin keras dibanting, makan semakin hancur tekad dia. 

Wah gak  terasa  udah 8 lembar di microsoft word. Tapi ceritanya juga belum selesai yah.
Oke  sudah tidak mood lagi nulisnya. Langsung disingkat aja. Besoknya, selasa pagi, saya jadi sidang sama Iska, rekan saya,di Tranggulaasih pastinya. Tempat wisata yang sejuk. Pengujinya pohon dan rerumputan. 
Setelah itu, dibanding memikirkan sidang,  waktu yang saya lalui lebih fokus pada kegiatan UKM. . Ke tempat latihan, berbagi ilmu pencak  yang saya punya.
Teman-teman saya akhirnya yudisium. Saya hanya bisa turut mengucapkan selamat kepada mereka.  Walau saya masih belum ikhlas melihat instagram,  karna isinya pasti tentang yudisium. Jadi saya lihat instagramnya, dengan mata tertutup. Sambil mengintip sedikit pastinya.  
Suasana yang kacau telah kembali tenang. Akhirnya saya melaksanakan sidang yang sesunggugnya saat H-4 SH Cup. Alhamdulillah saya dapat melewati sidang dengan nilai yang apa adanya. SH Cup juga terlewat, dengan hasil ada apanya.
Beberapa minggu kemudian, acara yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga.  Wisudaan September.
 1 tahun yang lalu, 6 anak taruhan, “yang gak lulus September, pake konde”. Wapi,imam, Raihan, mereka menang. Sementara saya, Yunuz, dan kak ari si pembuat taruhan, yap, karena ceritanya disingkat, jadi singkat cerita kami sebagai lelaki sejati yang menepati janjinya, menjadi banci. Oke jangan bawa-bawa label pencak silat, karena pencak silat tidak punya salah apa-apa.
Dan sialnya, teman pencak silat saya, lewat! ”WAH Mas Hilman, cantik Banget!”
 Akhirnya, foto bareng,sambil pasang silat. Lebih parah dari itu,  di Upload ke instagram,di share ke grup Whats Up.
Dibalik senyum para manusia, ada seorang manusia yang menderita. Haha.

“Man, besok mangkal dimana?”
“Kamu, berbakat memang man,”
“Sudah cantik, sayang lurus doang gak ada isinya, ” dipuji teman UKM sendiri. Hahaha.
Mungkin ini kutukan buat saya, karena saya membuat taruhan di kuburan ketika ada teman yang meninggal.
Jadi, sudah terjawab sedetail-detailnya pertanyaan beberapa teman yang bertanya,”kenapa gak jadi sidang?” 
Kalau ditanya, Jawaban singkatnya? Karena dosennya lupa jadwal. Jawaban panjangnya? Butuh 10 halaman  microsoft word untuk menjawabnya bro.
Kalau ditanya,”Hilman Sedih gak sih gak jadi wisuda?”
Jawabannya,”kalau mau tau rasanya, coba aja rasain punya nasib percis seperti gua, lu bakalan paham. Tapi rasanya versi gua, sakit? iya awalnya memang sakit. Tapi setelah gue sidang, rasa sakit berubah jadi lega. Apalagi pas wisuda, gue gak merasa iri mereka berhasil wisuda. Waktu itu, emosi gue lebih fokus ke rasa nahan malu, karna pake kebaya. Tapi setelah itu,gue merasa senang dan tenang. Gue rasa,gue ikhlas gagal wisuda” 

Iya, hari ini, alhamdulillah, saya sudah bisa ikhlas.
Share:

Sabtu, 24 Juni 2017

TUGAS AKHIR I: Jalan Terjal Menuju Seminar hasil

19 Juni 2017. Di dalam kereta. Hari ini bulan Ramadhan. Disini, seperti layaknya anak normalnya,  merindukan sebuah tempat terindah yang disebut rumah. Bisa saya tebak, nanti jika saya pulang, akan diteror oleh orang tua dengan pertanyaan:
 “Bagiamana penelitian kamu? Lancar”
“Kamu gak ngulang lagi kan penelitiannya”
“Kapan Seminar?”
“Bagaimana Skrpisimu?Kapan Lulus?Kapan Wisuda”
Dan Lain-lain.
Setidaknya tidak terlalu beban. Setidaknya saya bisa melaporkan tanggung jawab saya selama di Purwokerto sebagai mahasiswa.
Di dalam kereta ini, masih teringat beberapa saat lalu, tepatnya 4 hari yang lalu. Saya melaksanakan Seminar hasil (Semhas), seminar yang akan membawa saya ke gerbang selanjutnya, pendadaran, lalu  wisuda.  
Yah, walau SEMHAS selesai, tapi beberapa mata kuliah wajib “semester 1” belum selesai, sebut saja mata kuliah ‘Bahasa Indonesia’ dan ‘Kewuirausaan’. Disaat sebagian besar teman telah lulus mata kuliah tersebut, sementara saya yang sudah semester delapan merasa kembali lagi ke semester satu. Ironis memang. Tugas Akhir  selesai tetapi,  mata kuliah semester 1 belum selesai.
Di balik Tugas Akhir I yang telah selesai, ada sebuah perjalanan yang cukup panjang, terjal, membutuhkan fisik dan mental yang kuat. Usaha yang tidak bisa bergantung mood, tapi keuletan yang tidak ada habisnya. Sudah penelitian dan buat draft proposal, proposal tidak layak, mengulang dan penelitian lagi demi 3 SKS ini. Belum lagi masalah masih ikut aktif dalam organisasi dan  harus latihan demi perlombaan.

September 2016. Bismillah Tugas Akhir ambil Fisika Medis. 
Cerita dimulai dari bulan September tahun 2016, Tepatnya beberapa hari setelah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Saya memikirkan apa tugas akhir yang akan saya kerjakan. Ada beberapa mata kuliah peminatan di Jurusan fisika (KMK). Yaitu, Teori Komputasi, Elektronika & Instrumentasi, Material, Geofisika, dan Medis. Saya pilih KMK yang terakhir, yaitu fisika medis. Alasannya, ya karena saya telah mengambil beberapa matakuliah pilihan berkaitan dengan medis, Seperti Elektrofisiologi,  Fisika Radiasi, Biofisika, dan lain-lain.
“Setelah KMK telah ditentukan, Apa topik yang akan saya ambil?” dalam fikiran muncul pertantaan demikian. Lalu saya dengan minim sekali pengetahuan, mencoba mengambil topik baru, bagaimana pengaruh radiasi matahari terhadap kulit? Lapisan ozon kan yang telah menipis bisa jadi latar belakang?
Beberapa kali saya mengkonsultasikan tentang ide saya, bertanya beberapa hal. Selanjutnya. semua saya akan lakukan secara let it Flow. Biarkan semua mengalir dan ide akan berkembang dengan sendirinya. Seperti itulah dalam fikiran saya.  Sekarang, yang harus saya lakukan adalah mendapatkan informasi mengenai dimana tempat yang tepat untuk memulai skripsi ini. Ya ada satu tempat dimana saya dapat mengukur besar Intensitas radiasi matahari, yaitu Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Kemayoran, Jakarta. Sedikit senyum terpancar di pipi dan mulut, begitupun hati. Karena saya bisa pulang.

November 2016, saatnya penelitian ke Jakarta.
 Tanpa fikir panjang, saya melakukan penelitian sebelum melakukan seminar Proposal. Dengan segala surat menyurat untuk perizinan sudah saya siapkan.
Di Jakarta, perjalanan dari rumah menuju tempat penelitian membutuhkan waktu sekitar 50 menit. Waktu yang relatif lama ya. Ya, dari rumah, tempat biasanya saya bermalas-malasan dengan berbagai macam jenis malas, menuju tempat penelitian.
Waktu 50 menit perjalanan dari rumah menuju BMKG saya habiskan dalam kemacetan, bisingnya suara lalu lintas, dan polusi kendaraan dibawah teriknya Kota Jakarta walau waktu masih pukul tujuh pagi. Saling serobot salip sana-sini pake otot agar dapat ke tempat penelitian tepat waktu. Dan harus pulang pada waktu yang tak tentu. Macet-macetan dan saya harus melalukan hal tersebut selama 1 bulan di waktu kerja.
Sebenarnya berjalan dan  bangun pagi-pagi serta macet-macetan bukan merupakan hal yang baru bagi saya. Karna sekitar beberapa tahun yang lalu saya juga harus melakukan hal yang sama untuk berangkat sekolah. Tapi semenjak mahasiswa yang tinggal di daerah yang damai, karena kebiasaan tidak disiplin, lancar dan dekatnya jarak antar kos dan kampus, saya merasa harus membiasakan diri lagi menjadi diri saya yang dulu.  Berlelah-lelahan agar tugas akhir ini dapat selesai.
Dan sore hari , tidak akan saya tinggalkan latihan fisik untuk persiapan Perlombaan SH CUP di Jogjakarta pada bulan Desember 2016, waktu yang begitu dekat. Tidak mungkin saya latihan di Purwokerto menunggu selesai penelitiannya.


Desember 2016, pusing memuncak.
Ya, hari demi hari terlewat sudah dan akhirnya selesai pula penelitian ini. Inilah saatnya untuk kembali menuju rumah kedua,  yaitu Purwokerto. Saya yang telah menyelesaikan Draft proposal, telah siap di print dan diserahkan ke dosen Pembimbing.
Pengaruh intensitas radiasi ke kulit. Terserahkan draft tersebut ke dosen dengan rasa senang. Dan Bamm! Saya diomeli pembimbing. Skripsi saya dicap terlalu simpel dan lebih mirip dengan “Laporan Kerja Praktik”,
 “Tidak layak dijadikan sebagai Skripsi, itu namanya Kerja Praktik”
Selain itu, ada variabel yang tidak dapat ditemukan, yaitu panjang gelombang matahari yang sampai pada permukaan bumi di Jakarta.
Setelah konsultasi, terasa ada yang stuck bagian saraf otak ini. Hari demi hari terlewat, ingin melangkah maju, tapi di depan hanya ada jalan buntu. Mau gimana?Apa yang harus saya lakukan? Ternyata mengerjakan Tugas Akhir sambil Let itu Flow itu tidak bisa. Harus direncakan dari awal. Waktu lebih banyak saya habiskan untuk bermain. Ketika bermain, seringkali terbesit Skripi. Dan segala mood yang baik, jatuh dan berantakan.
Saya ingat, pada pagi itu, di saat saya hanya termenung, muncul notifikasi dari WA, yaitu sebuah tawaran mengenai topik Tugas Akhir. Ada sebuah tawaran topik tugas akhir untuk mahasiswa yang belum mendapatkan judul atau untuk mahasiswa yang ingin Banting setir. Mengapa ada kata banting setir? Akh elah! konotasi yang menyakitkan. Banting setir adalah opsi terburuk dan terakhir. Dan jika ganti topik,  saya panas-panasan berjam-jam, bangun pagi, selama sebulan di Jakarta itu apa? Sia-sia saja?  Lebih menyakitkan lagi, ada aja yang manusia yang ceplos,
“Wah hilman lulus maret nih”
“Wah hilman bakal semprop pertama nih”
“Wah hilman bakal semhas pertama nih”
“Hilman Penelitiannya udah selesai ya, selamat ya”
Lebih menyakitkan lagi Mama menelpon lalu bertanya,
Hilman bagaimana skripsinya? Lancar?”
“Kira-kira kapan wisudanya”
Disaat otak sedang bingung-bingungnya, akhirnya yang saya lakukan adalah,
Lomba! iya perlombaan di akhir Desember. Saya berangkat ke Jogjakarta, sejenak bisa melupakan apa yang namanya tugas akhir. Disini, saya memasang target sampai final! Dan bukannya menang, justru babak belur. Otak cedera akibat skripsi, kaki cedera karena benturan. Perlombaan selesai. Setelah 1 hari setelah perlombaan, yang saya lakukan adalah,
Lomba! yah, perlombaan selanjutnya adalah di Cilacap. Dalam seminggu saya mengikuti dua perlombaan sekaligus. Di saat kaki masih terasa sakit setelah perlombaan di Jogjakarta, saya harus bertarung lagi. Tapi alhamdulillah, saya disini berhasil bahagia walau kaki cedera. Setidaknya saya tidak menjadi pecundang sejati di akhir tahun ini. Dan ingat skripsi lagi, dan moodpun jatuh lagi.

Januari 2017,  Fix banting setir, ayo tancap gas!
Banjarnegara. Dengan kesejukan keindahan alamnya dan angin yang berhembus, disana saya dan teman yang asli dari Banjar bermain ke tempat sumber air panas yang tersembunyi. saya duduk diantara bebatuan. Hanya celana yang tersisa di tubuh. Saya pejamkan mata dan mencoba tenangkan diri, juga jernihkan fikiran. Sekitar 1 jam disana, lalu terbesit dalam fikiran, jika saya harus ganti, topik,  yasudah terima saja. Mau sampai kapan memikirkan tugas akhir yang tidak bisa saya teruskan. Tapi dengan syarat, jika telah banting setir, otomatis saya sudah tertinggal jauh oleh yang lain. saya harus siap-siap tancap gas.
Ganti Topik.
Medis menuju Elinst.
Mesin Tetas Telur.

Maret-Mei 2017, Setelah Seminar Proposal, Langkah Selanjutnya adalah Penelitian.
Setelah melaukan Seminar Proposal tanggal 28 Februari 2017, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan alat tetas. Waktu pembuatan, hampir saya lakukan sendirian, walau beberapa kali dibantu oleh teman-teman. Tuga akhir Fisika, tapi pekerjaanya mengelas, gergaji, mengecat, membor, memaku, kerja fisik disertai keringat yang mengucur pada tubuh. Saya lakukan ini dari pagi hingga sore pukul 15.00, bahkan hari sabtu maupun minggu sekalipun terkadang saya ke Lab. Lalu 15.30 saya berangkat menuju gor Satria untuk pemusatan latihan, hanya saja saya telah melupakan apa itu lelah.
Mesin telah selesai dibuat. Langkah selanjutnya yaitu pengeraman telur. Pada saat pengeraman, tidak sesibuk pada saat pembuatan mesin. Maka dari itu, itu adalah saat saya menggarap skripsi Bab IV.
Tepat pada saat saya ingin menggarap Bab IV, “Jreenggg!” saya lupa, bahwa saya belum mengerjakan revisi Usulan Penelitian atau revisi setelah Seminar Proposal. Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan revisi usulan penelitian paling lambat 2 minggu setelah Seminar Proposal. Dan tebak saya mulai garap revisi proposal kapan? 1 bulan setengah setelah Seminar Proposal.  Saya revisian menyerahkan usulan ke dosen,
“Tiga hari lagi di ambil ya mas”
Setelah 3 hari menunggu
“Belum saya periksa mas”
Dan akhirnya diperiksa di tempat, saat itu juga. Dan 15 menit selesai. usulan penelitan penuh dengan corat-coret, lalu malamnya dibereskan, besoknya langsung revisian lagi, lalu dosennya mengatakan,
”Udah dibetulkan saja. Santai aja mas, ngapain buru-buru”,
“Oh iya pak” padahal dalam hati berucap, padahal Cuma dikasih waktu dua minggu, dan ini sudah 1 setengah bulan disuruh untuk santai. Dan akhirnya proposal selesai direvisi setelah dua bulan 1 minggu setelah waktu Seminar Proposal.
Lalu saatnya lanjut kembali ke Bab IV dan Sekaligus Bab V maupun lampiran saya selesaikan sambil belajar gitar di Ruang TA.

Juni 2017 Tiga SKS itupun Selesai.
Dan hari yang ditunggupun tiba.  Drama tiga SKS itupun selesai juga. Dan Inilah akhirnya
.
gue dan beberapa teman fisika, tebak gue yang mana? sengaja muka  ditutup biar gak ada yang tau gue yang mana

Walau revisi telah siap datang, dan hal yang paling ditakukan oleh tiap insan mahasiswa telah menunggu, yaitu Pendadaran/Komprehensif yang digabung oleh TA 2, berisi sidang skripsi.

19 Juni 2017, perjalanan  menuju gerbang yang bernama wisuda belum selesai teman-teman.    Entah lulus september ataupun Desember, kita lihat saja nanti. Yang penting usaha terlebih dahulu. September adalah hadiah. Karna entah apa yang terjadi, semua masih abu-abu.
Ada cerita selanjutnya masih menunggu. Tugas Akhir 2: Jadi Mahasiswa Dadar.

Lampiran:
Seekor bebek yang direncakan untuk makan-makan, tapi keburu dimakan kucing duluan.



Share:

Selasa, 06 Juni 2017

Puisi Disana, Tersusun Ribuan Cerita (Untuk Fisika 13)

Saat pertama kali kita bertatap dan tak saling mengenal
Tak pernah terbesit dalam fikiran
Kalian akan menjadi serpihan cerita
Tentang sahabat yang takkan terlepaskan
Pada saat dimana, kalian harus dilepaskan

Dalam bilik ruang, puluhan mahasiswa kuliah bersama
Cerita dimulai kimia dasar, Insiden open paper UAS Gelombang
Molo-molo di labter, saat mekanika datang dengan rumusnya
Sampai kita tersadar, kita sampai pada semester
Yang tidak bisa membuat kita molo-molo bareng lagi

Jika kita telah mencapai gerbang terakhir yang bernama wisuda
Dan satu persatu akan mengucapkan selamat tinggal
Semoga di masa depan nanti
Ada rindu yang berubah jadi reuni
Tapi, jika kita takkan bertemu lagi selamanya
Dan mungkin hari  ini, menjadi hari terakhir kita saling bertatap
Maka, habiskanlah malam ini bersamaku
Sebagai sahabat terbaik

Jika satu hari yang terlewat, akan menjadi sebuah cerita
Maka, akan ada ribuan cerita di kelas ini
Susunlah menjadi bait yang rapih
Pada lembaran-lembaran di dalam memori
Ataupun di dasar hati


Share: