19
Juni 2017. Di dalam kereta. Hari ini bulan
Ramadhan. Disini, seperti layaknya anak normalnya, merindukan sebuah tempat terindah yang disebut
rumah. Bisa saya tebak, nanti jika saya pulang, akan diteror oleh orang tua dengan
pertanyaan:
“Bagiamana
penelitian kamu? Lancar”
“Kamu gak ngulang lagi kan
penelitiannya”
“Kapan Seminar?”
“Bagaimana Skrpisimu?Kapan
Lulus?Kapan Wisuda”
Dan
Lain-lain.
Setidaknya
tidak terlalu beban. Setidaknya saya bisa melaporkan tanggung jawab saya selama
di Purwokerto sebagai mahasiswa.
Di
dalam kereta ini, masih teringat beberapa saat lalu, tepatnya 4 hari yang lalu.
Saya melaksanakan Seminar hasil (Semhas), seminar yang akan membawa saya ke
gerbang selanjutnya, pendadaran, lalu
wisuda.
Yah,
walau SEMHAS selesai, tapi beberapa mata kuliah wajib “semester 1” belum
selesai, sebut saja mata kuliah ‘Bahasa Indonesia’ dan ‘Kewuirausaan’. Disaat
sebagian besar teman telah lulus mata kuliah tersebut, sementara saya yang
sudah semester delapan merasa kembali lagi ke semester satu. Ironis memang.
Tugas Akhir selesai tetapi, mata kuliah semester 1 belum selesai.
Di
balik Tugas Akhir I yang telah selesai, ada sebuah perjalanan yang cukup
panjang, terjal, membutuhkan fisik dan mental yang kuat. Usaha yang tidak bisa
bergantung mood, tapi keuletan yang tidak ada habisnya. Sudah penelitian dan
buat draft proposal, proposal tidak layak, mengulang dan penelitian lagi demi 3
SKS ini. Belum lagi masalah masih ikut aktif dalam organisasi dan harus latihan demi perlombaan.
September 2016. Bismillah Tugas
Akhir ambil Fisika Medis.
Cerita
dimulai dari bulan September tahun 2016, Tepatnya beberapa hari setelah
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Saya memikirkan apa tugas akhir yang
akan saya kerjakan. Ada beberapa mata kuliah peminatan di Jurusan fisika (KMK).
Yaitu, Teori Komputasi, Elektronika & Instrumentasi, Material, Geofisika,
dan Medis. Saya pilih KMK yang terakhir, yaitu fisika medis. Alasannya, ya
karena saya telah mengambil beberapa matakuliah pilihan berkaitan dengan medis,
Seperti Elektrofisiologi, Fisika
Radiasi, Biofisika, dan lain-lain.
“Setelah
KMK telah ditentukan, Apa topik yang akan saya ambil?” dalam fikiran muncul pertantaan
demikian. Lalu saya dengan minim sekali pengetahuan, mencoba mengambil topik
baru, bagaimana pengaruh radiasi matahari
terhadap kulit? Lapisan ozon kan yang telah menipis bisa jadi latar belakang?
Beberapa
kali saya mengkonsultasikan tentang ide saya, bertanya beberapa hal.
Selanjutnya. semua saya akan lakukan secara let
it Flow. Biarkan semua mengalir dan ide akan berkembang dengan sendirinya. Seperti itulah dalam fikiran
saya. Sekarang, yang harus saya lakukan adalah
mendapatkan informasi mengenai dimana tempat yang tepat untuk memulai skripsi
ini. Ya ada satu tempat dimana saya dapat mengukur besar Intensitas radiasi
matahari, yaitu Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di
Kemayoran, Jakarta. Sedikit senyum terpancar di pipi dan mulut, begitupun hati.
Karena saya bisa pulang.
November 2016, saatnya penelitian
ke Jakarta.
Tanpa fikir panjang, saya melakukan penelitian
sebelum melakukan seminar Proposal. Dengan segala surat menyurat untuk
perizinan sudah saya siapkan.
Di
Jakarta, perjalanan dari rumah menuju tempat penelitian membutuhkan waktu
sekitar 50 menit. Waktu yang relatif lama ya. Ya, dari rumah, tempat biasanya
saya bermalas-malasan dengan berbagai macam jenis malas, menuju tempat
penelitian.
Waktu
50 menit perjalanan dari rumah menuju BMKG saya habiskan dalam kemacetan,
bisingnya suara lalu lintas, dan polusi kendaraan dibawah teriknya Kota Jakarta
walau waktu masih pukul tujuh pagi. Saling serobot salip sana-sini pake otot agar
dapat ke tempat penelitian tepat waktu. Dan harus pulang pada waktu yang tak
tentu. Macet-macetan dan saya harus melalukan hal tersebut selama 1 bulan di
waktu kerja.
Sebenarnya
berjalan dan bangun pagi-pagi serta
macet-macetan bukan merupakan hal yang baru bagi saya. Karna sekitar beberapa
tahun yang lalu saya juga harus melakukan hal yang sama untuk berangkat
sekolah. Tapi semenjak mahasiswa yang tinggal di daerah yang damai, karena
kebiasaan tidak disiplin, lancar dan dekatnya jarak antar kos dan kampus, saya
merasa harus membiasakan diri lagi menjadi diri saya yang dulu. Berlelah-lelahan agar tugas akhir ini dapat
selesai.
Dan
sore hari , tidak akan saya tinggalkan latihan fisik untuk persiapan Perlombaan
SH CUP di Jogjakarta pada bulan Desember 2016, waktu yang begitu dekat. Tidak
mungkin saya latihan di Purwokerto menunggu selesai penelitiannya.
Desember 2016, pusing memuncak.
Ya,
hari demi hari terlewat sudah dan akhirnya selesai pula penelitian ini. Inilah
saatnya untuk kembali menuju rumah kedua, yaitu Purwokerto. Saya yang telah menyelesaikan
Draft proposal, telah siap di print dan diserahkan ke dosen Pembimbing.
Pengaruh
intensitas radiasi ke kulit. Terserahkan draft tersebut ke dosen dengan rasa
senang. Dan Bamm! Saya diomeli pembimbing.
Skripsi saya dicap terlalu simpel dan lebih mirip dengan “Laporan Kerja
Praktik”,
“Tidak layak dijadikan sebagai Skripsi, itu
namanya Kerja Praktik”
Selain
itu, ada variabel yang tidak dapat ditemukan, yaitu panjang gelombang matahari yang sampai pada permukaan bumi di
Jakarta.
Setelah
konsultasi, terasa ada yang stuck bagian
saraf otak ini. Hari demi hari terlewat, ingin melangkah maju, tapi di depan hanya
ada jalan buntu. Mau gimana?Apa yang
harus saya lakukan? Ternyata mengerjakan Tugas Akhir sambil Let itu Flow itu tidak bisa. Harus
direncakan dari awal. Waktu lebih banyak saya habiskan untuk bermain. Ketika
bermain, seringkali terbesit Skripi. Dan
segala mood yang baik, jatuh dan berantakan.
Saya
ingat, pada pagi itu, di saat saya hanya termenung, muncul notifikasi dari WA,
yaitu sebuah tawaran mengenai topik Tugas Akhir. Ada sebuah tawaran topik tugas
akhir untuk mahasiswa yang belum mendapatkan judul atau untuk mahasiswa yang
ingin Banting setir. Mengapa ada kata
banting setir? Akh elah! konotasi yang
menyakitkan. Banting setir adalah
opsi terburuk dan terakhir. Dan jika ganti topik, saya panas-panasan berjam-jam, bangun pagi,
selama sebulan di Jakarta itu apa? Sia-sia saja? Lebih menyakitkan lagi, ada aja yang manusia
yang ceplos,
“Wah hilman lulus maret nih”
“Wah hilman lulus maret nih”
“Wah hilman bakal semprop pertama
nih”
“Wah hilman bakal semhas pertama
nih”
“Hilman Penelitiannya udah selesai
ya, selamat ya”
Lebih
menyakitkan lagi Mama menelpon lalu bertanya,
“Hilman bagaimana skripsinya? Lancar?”
“Kira-kira kapan wisudanya”
Disaat
otak sedang bingung-bingungnya, akhirnya yang saya lakukan adalah,
Lomba!
iya perlombaan di akhir Desember. Saya berangkat ke Jogjakarta, sejenak bisa
melupakan apa yang namanya tugas akhir. Disini, saya memasang target sampai
final! Dan bukannya menang, justru babak belur. Otak cedera akibat skripsi,
kaki cedera karena benturan. Perlombaan selesai. Setelah 1 hari setelah
perlombaan, yang saya lakukan adalah,
Lomba!
yah, perlombaan selanjutnya adalah di Cilacap. Dalam seminggu saya mengikuti
dua perlombaan sekaligus. Di saat kaki masih terasa sakit setelah perlombaan di
Jogjakarta, saya harus bertarung lagi. Tapi alhamdulillah, saya disini berhasil
bahagia walau kaki cedera. Setidaknya saya tidak menjadi pecundang sejati di
akhir tahun ini. Dan ingat skripsi lagi, dan moodpun jatuh lagi.
Januari 2017, Fix banting setir, ayo tancap gas!
Banjarnegara.
Dengan kesejukan keindahan alamnya dan angin yang berhembus, disana saya dan
teman yang asli dari Banjar bermain ke tempat sumber air panas yang
tersembunyi. saya duduk diantara bebatuan. Hanya celana yang tersisa di tubuh. Saya
pejamkan mata dan mencoba tenangkan diri, juga jernihkan fikiran. Sekitar 1 jam
disana, lalu terbesit dalam fikiran, jika saya harus ganti, topik, yasudah terima saja. Mau sampai kapan
memikirkan tugas akhir yang tidak bisa saya teruskan. Tapi dengan syarat, jika
telah banting setir, otomatis saya sudah tertinggal jauh oleh yang lain. saya
harus siap-siap tancap gas.
Ganti
Topik.
Medis
menuju Elinst.
Mesin
Tetas Telur.
Maret-Mei 2017, Setelah Seminar
Proposal, Langkah Selanjutnya adalah Penelitian.
Setelah
melaukan Seminar Proposal tanggal 28 Februari 2017, maka langkah selanjutnya
adalah pembuatan alat tetas. Waktu pembuatan, hampir saya lakukan sendirian, walau
beberapa kali dibantu oleh teman-teman. Tuga akhir Fisika, tapi pekerjaanya
mengelas, gergaji, mengecat, membor, memaku, kerja fisik disertai keringat yang
mengucur pada tubuh. Saya lakukan ini dari pagi hingga sore pukul 15.00, bahkan
hari sabtu maupun minggu sekalipun terkadang saya ke Lab. Lalu 15.30 saya
berangkat menuju gor Satria untuk pemusatan latihan, hanya saja saya telah
melupakan apa itu lelah.
Mesin
telah selesai dibuat. Langkah selanjutnya yaitu pengeraman telur. Pada saat
pengeraman, tidak sesibuk pada saat pembuatan mesin. Maka dari itu, itu adalah
saat saya menggarap skripsi Bab IV.
Tepat
pada saat saya ingin menggarap Bab IV, “Jreenggg!” saya lupa, bahwa saya belum
mengerjakan revisi Usulan Penelitian atau revisi setelah Seminar Proposal.
Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan revisi usulan penelitian paling lambat
2 minggu setelah Seminar Proposal. Dan tebak saya mulai garap revisi proposal
kapan? 1 bulan setengah setelah Seminar Proposal. Saya revisian menyerahkan usulan ke dosen,
“Tiga
hari lagi di ambil ya mas”
Setelah
3 hari menunggu
“Belum
saya periksa mas”
Dan
akhirnya diperiksa di tempat, saat itu juga. Dan 15 menit selesai. usulan
penelitan penuh dengan corat-coret, lalu malamnya dibereskan, besoknya langsung
revisian lagi, lalu dosennya mengatakan,
”Udah
dibetulkan saja. Santai aja mas, ngapain buru-buru”,
“Oh
iya pak” padahal dalam hati berucap, padahal Cuma dikasih waktu dua minggu, dan
ini sudah 1 setengah bulan disuruh untuk santai. Dan akhirnya proposal selesai
direvisi setelah dua bulan 1 minggu setelah waktu Seminar Proposal.
Lalu
saatnya lanjut kembali ke Bab IV dan Sekaligus Bab V maupun lampiran saya
selesaikan sambil belajar gitar di Ruang TA.
Juni 2017 Tiga SKS itupun Selesai.
Dan
hari yang ditunggupun tiba. Drama tiga
SKS itupun selesai juga. Dan Inilah akhirnya
.
gue dan beberapa teman fisika, tebak gue yang mana? sengaja muka ditutup biar gak ada yang tau gue yang mana
Walau
revisi telah siap datang, dan hal yang paling ditakukan oleh tiap insan
mahasiswa telah menunggu, yaitu Pendadaran/Komprehensif yang digabung oleh TA
2, berisi sidang skripsi.
19
Juni 2017, perjalanan menuju gerbang
yang bernama wisuda belum selesai teman-teman. Entah
lulus september ataupun Desember, kita lihat saja nanti. Yang penting usaha
terlebih dahulu. September adalah hadiah. Karna entah apa yang terjadi, semua
masih abu-abu.
Ada
cerita selanjutnya masih menunggu. Tugas Akhir 2: Jadi Mahasiswa Dadar.
Lampiran:
Seekor bebek yang direncakan untuk makan-makan, tapi keburu dimakan kucing duluan. |
0 komentar:
Posting Komentar